AS Tuding Rusia Borong Amunisi dari Korea Utara

CNN Indonesia
Rabu, 07 Sep 2022 04:55 WIB
Berdasarkan data intelijen AS, Rusia borong amunisi, termasuk peluru artileri dari Korea Utara. AS klaim itu dampak sanksi Barat pada Rusia.
Berdasarkan data intelijen AS, Rusia borong amunisi, termasuk peluru artileri dari Korea Utara. AS klaim itu dampak sanksi Barat pada Rusia. Foto: Getty Images via AFP/Alex Wong
Jakarta, CNN Indonesia --

Amerika Serikat pada Selasa (6/9) menuduh Rusia sedang dalam proses membeli jutaan peluru artileri dan roket dari Korea Utara. Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby mengutarakan hal itu mengutip data intelijen AS.

"Kami rasa itu termasuk jutaan peluru, roket, dan peluru artileri," tutur John Kirby, seperti diberitakan AFP.

Tak hanya itu, Kirby juga mengatakan proses pembelian itu belum final. Ia kemudian mnilai pembelian amunisi besar-besaran dari Korea Utara menunjukkan kesulitan yang dihadapi Rusia setelah menghadapi sanksi ekonomi dan teknologi Barat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Itu jadi indikasi lain keputusasaan (Rusia) dan indikasi betapa banyak industri pertahanannya jadi menderita," kata Kirby.

"Fakta mereka harus membeli peluru artileri dari Korea Utara dan drone dari Iran menunjukkan betapa efektifnya itu (sanksi Barat)," ia menegaskan.

Terpisah, Rusia buka suara mengenai hal itu. Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia merespons kabar tersebut yang awalnya muncul dalam pemberitaan New York Times.

Laporan New York Times pada Senin (5/9) malam mengutip pejabat AS yang mengatakan pembelian itu menjadi dampak sanksi Barat untuk mengurangi kemampuan Rusia dalam menginvasi Ukraina.

"Saya belum mendengarnya dan saya pikir itu palsu lain yang beredar," kata Vassily seperti diberitakan Reuters, Selasa (6/9).

[Gambas:Video CNN]



Sementara itu, perwakilan Korea Utara belum menanggapi permintaan komentar terkait pernyataan AS tersebut.

Rusia menginvasi Ukraina sejak 24 Februari dengan harapan bisa menguasai negara itu dalam beberapa minggu.

Namun, harapan itu belum terealisasi karena Ukraina menahan serangan di lapangan dan mendapatkan bantuan dari sekutu dalam memberikan sanksi kepada Rusia yang mempersulit mereka mendapatkan komponen, amunisi perang, termasuk chip komputer.

(afp/chri)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER