Putin Klaim Sukses 'Damaikan' Armenia-Azerbaijan usai Perang Lagi

CNN Indonesia
Rabu, 14 Sep 2022 07:48 WIB
Rusia mengklaim berhasil membuat Armenia-Azerbaijan menerapkan gencatan senjata usai bentrok lagi di perbatasan hingga menewaskan hampir 100 orang tentara.
Rusia mengerahkan pasukan penjaga perdamaiannya di perbatasan Azerbaijan-Armenia demi meredam bentrokan. (Foto: AP/Dmitry Lovetsky)
Jakarta, CNN Indonesia --

Rusia mengklaim berhasil membuat Armenia dan Azerbaijan sepakat menerapkan gencatan senjata usai militer kedua negara kembali bentrok di perbatasan dalam beberapa hari terakhir.

Rusia menegaskan keberhasilan itu tidak luput dari peran Presiden Vladimir Putin yang telah "melakukan segala cara" untuk menghentikan bentrokan yang telah menewaskan hampir 100 orang dari kedua belah pihak.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sulit untuk melebih-lebihkan peran Federasi Rusia, peran Presiden Putin secara pribadi. Presiden Putin secara natural melakukan segala upaya membantu meredakan ketegangan di perbatasan (Armenia-Azerbaijan)," ucap juru bicara Kremlin, Dimitry Peskov, pada Selasa (13/9) seperti dikutip Reuters.

Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan Moskow telah meminta kedua negara, terutama angkatan bersenjatanya, untuk menahan diri dan secara ketat mematuhi gencatan senjata.

"Kami meminta para pihak untuk menahan diri dari eskalasi situasi lebih lanjut, menahan diri dan secara ketat mematuhi gencatan senjata sesuai dengan pernyataan trilateral antara pemimpin Rusia, Azerbaijan, dan Armenia pada 9 November 2020, 11 Januari, dan 26 November 2021," bunyi pernyataan Kemlu Rusia seperti dikutip CNN.

[Gambas:Video CNN]

"Kami berhubungan dekat dengan Baku dan Yerevan. Seruan (gencatan senjata) diterima dari kepemimpinan Armenia untuk membantu meredakan situasi. Kami berharap bahwa kesepakatan yang dicapai sebagai hasil mediasi Rusia tentang gencatan senjata mulai pukul 09.00 waktu Moskow pada 13 September akan dilaksanakan secara total," tambahnya.

Kesepakatan gencatan senjata dikabarkan terjadi setelah Putin menelepon Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan pada Selasa pagi.

Media lokal Azerbaijan juga melaporkan gencatan senjata sempat disepakati namun sudah dilanggar.

Pada Selasa pagi, Kementerian Pertahanan Armenia mengklaim militer Azerbaijan melakukan serangan artileri ke kota-kota perbatasannya. Serangan itu termasuk drone dan senjata api kaliber besar yang ditembakkan ke arah Goris, Sotk, dan Jermuk.

Kemhan Azerbaijan mengakui serangan itu. Namun, Baku berdalih serangan "skala kecil" itu penting dilancarkan untuk memastikan keamanan perbatasan negaranya.

Sebab, Azerbaijan menuduh pasukan Armenia yang pertama kali menyulut ketegangan dengan menembakkan senjata ringan ke arah permukiman Novoivanovka di Gadabay dan pemukiman Husulu di Lachin dekat perbatasan kedua negara pada Senin (11/9). Armenia membantah tuduhan itu.

Bentrokan pekan ini menjadi yang paling mematikan setelah kedua negara sempat terlibat perang singkat selama enam minggu pada September 2020 lalu.

Saat itu, kedua negara saling berebut klaim atas wilayah Nagorno-Karabakh, sebuah wilayah perbatasan yang dihuni oleh etnis mayoritas Armenia namun terletak di wilayah Azerbaijan. Kedua negara telah memperebutkan Nagorno-Karabakh selama puluhan tahun.

Setelah pertempuran enam minggu berlangsung dan merenggut sekitar 6.000 nyawa, gencatan senjata akhirnya disepakati oleh Armenia-Azerbaijan yang ditengahi oleh Rusia pada 9 November 2020.

Perjanjian itu memaksa Armenia untuk menyerahkan sebagian wilayahnya di Nagorno-Karabakh kepada Azerbaijan. Meski peperangan berhenti, serangkaian bentrok masih sering terjadi di daerah itu setelah gencatan senjata tercapai.

(rds)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER