Jakarta, CNN Indonesia --
Indonesia gempar karena peretas bernama Bjorka membobol data pemerintah. Tak hanya Indonesia, sejumlah negara lainnya juga pernah "dipermalukan" pembobol data.
Situs pemerhati keamanan data Surfshark melaporkan bahwa sejak 2004, terjadi lebih dari 14,9 miliar peristiwa pembobolan data di dunia.
Berikut deret negara yang pernah mengalami kebocoran data besar-besaran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Rusia
Selama paruh pertama 2022, Rusia mengalami pembobolan data paling banyak di dunia berdasarkan data Surfshark.
Jumlah data yang diretas mencapai 3,5 juta. Angka itu membuat Rusia menduduki posisi paling atas, menyalip Amerika Serikat.
Perang yang berkecamuk di Ukraina berpengaruh terhadap kenaikan kebocoran data ini. Kelompok peretas Anonymous menyatakan bahwa Rusia merupakan target utama mereka.
2. China
Pada Juli lalu, China mengalami kebocoran data terbesar dalam sejarah. Peretas mengklaim memiliki data 1 miliar penduduk Negeri Tirai Bambu.
Peretas mengaku mendapatkan data itu dari basis data kepolisian di Kota Shanghai. Jumlah data yang ia retas mencapai 23 terabyte.
Ia disebut akan menjual data itu di Breach Forums senilai 10 bitcoin, atau setara Rp2,9 miliar.
[Gambas:Video CNN]
3. India
Menurut studi, sekitar 962,7 juta data bocor tahun ini Kebanyakan data itu berupa kata sandi, nama, dan nomor telepon.
Secara statistik, setiap 10 akun surel yang bocor di India, setengahnya terbongkar bersama kata sandinya.
Pencurian ini membuat data seperti usia korban, nama, rekening bank, nomor telepon, menjadi mudah diakses, sebagaimana dilansir The Print.
Berlanjut ke halaman berikutnya >>>
4. Amerika Serikat
Amerika Serikat juga mengalami sejumlah kebocoran data. Sepanjang 2022, peretas membobol hingga 2,5 juta data.
Namun, salah satu pembobolan data di AS paling terkenal terjadi menjelang pemilihan umum presiden pada 2016 lalu.
Reuters melaporkan bahwa 50 juta data pengguna Facebook bocor dan dipegang Cambridge Analytica. Data ini disebut disalahgunakan dalam pemilu AS, yang diduga membuat Donald Trump menang.
Facebook kemudian menghadapi kritik habis-habisan karena lambat mengakui kebocoran data itu.
5. Malaysia
Pada Mei lalu, data 22,5 juta penduduk Malaysia bocor. Data ini berisi informasi warga Negeri Jiran yang lahir antara 1940 hingga 2004.
Data yang dibobol mencapai 160 GB dan kemungkinan dijual seharga US$10 ribu atau sekitar Rp148 juta di situs gelap.
Sebagaimana dilansir Tech Wire Asia, publik ramai-ramai menyalahkan Departemen Registrasi Nasional (NRD) usai data itu bocor.
Namun, Kementerian Dalam Negeri Malaysia menyatakan dugaan kebocoran data itu bukan kesalahan NRD.
6. Indonesia
Aksi Bjorka menjadi sorotan lantaran dia menyebar data pribadi sejumlah pejabat Indonesia.
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat, Puan Maharani hingga Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, menjadi korban Bjorka.
Bjorka juga mengungkap data yang diduga pelaku pembunuhan aktivis Munir Thalib.
Jokowi sampai-sampai membentuk tim khusus untuk merespons pembobolan ini.
Bjorka mengaku sebagai warga Warsawa, Polandia. Ia melakukan pembocoran data ini usai mengetahui kondisi pemerintah RI dari salah satu eksil yang tinggal di sana.