Akhir Tragis Hidup Raja Inggris Pembuat Makam 'Misterius' Royal Vault

CNN Indonesia
Kamis, 22 Sep 2022 16:43 WIB
Pemakaman Royal Vault dibangun oleh Raja George III pada 1804-1810. Satu dekade setelahnya, Raja George meninggal dengan tragis dan dimakamkan di Royal Vault.
Pemakaman Royal Vault dibangun oleh Raja George III pada 1804-1810. Satu dekade setelahnya, Raja George meninggal dengan tragis dan dimakamkan di Royal Vault. (AFP/Carl Court)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sebelum dikuburkan di Kapel Memorial Raja George IV, jenazah Ratu Elizabeth II sempat disemayamkan di Royal Vault, pemakaman "misterius" keluarga Kerajaan Inggris.

Tak hanya Ratu Elizabeth, sederet pemimpin monarki Inggris dan anggota keluarga kerajaan lainnya juga sempat disemayamkan di Royal Vault sejak medio 1800-an.

Royal Vault merupakan tempat pemakaman Kerajaan Inggris yang sakral. Tak sembarang orang bisa masuk ke sana. Tempat itu ini menjadi misteri bagi mayoritas warga Inggris.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemakaman ini dibangun atas perintah Raja George III pada 1804 hingga 1810. Satu dekade kemudian, Raja George wafat, dan juga dimakamkan di Royal Vault.

Sepanjang hidupnya, George dikenang karena dua hal, yaitu kehilangan Amerika Serikat sebagai negara koloni dan meninggal setelah mengalami gila permanen, demikian keterangan di situs resmi kerajaan.

Namun, Kerajaan Inggris menekankan bahwa anggapan itu salah. Menurut mereka, George tak bertanggung jawab atas kehilangan AS.

Dia sebenarnya menentang keinginan Amerika Serikat untuk memerdekakan diri. Namun di sisi lain, dia George tak mengubah kebijakan yang menjadi akar masalah perang 1775-1776.

Kebijakan itu mencakup Undang-Undang Stempel 1765 dan Undang-Undang Townshend tahun 1767. 

Undang-Undang Townshend dibuat salah satu upaya peningkatan pendapatan Inggris untuk membantu membayar biaya pemeliharaan tentara dan pejabat koloni di Amerika Utara.

Di bawah aturan itu, Inggris mengenakan pajak tak langsung terhadap produk-produk seperti kaca, timah, cat, kertas, dan teh, yang diekspor ke koloni Amerika, demikian penjelasan di Library of Congress.

[Gambas:Video CNN]

Kebijakan tersebut membuat koloni-koloni di Amerika memberontak. Mereka menilai UU itu sebagai penyalahgunaan kekuasaan.

George tak dapat berbuat apa-apa karena saat itu Inggris memang membutuhkan uang, apalagi di masa perang, kala negara tak memiliki pendapatan dari pajak.

Pada tahun 1770-an, utang Inggris yang harus segera dibayar mencapai 4 juta pound sterling. Itu membuat George pening. Ia semakin merasa terancam saat Amerika resmi memisahkan diri pada 4 Juli 1776.

"Amerika hilang! Haruskah kita jatuh akibat pukulan ini? Atau apakah kita memiliki sumber daya yang bisa memperbaiki kerusakan? Apa sajakah sumber daya tersebut?" kata George dalam suratnya kala itu.

Namun, George menegaskan bahwa Inggris harus tetap menjalin hubungan dengan bekas koloninya itu.

"Diharapkan kita akan menuai lebih banyak keuntungan dari perdagangan mereka sebagai teman daripada yang bisa kita peroleh jika mereka sebagai koloni," ujar dia.

Pada 1775 hingga 1783, perang antara Amerika dan Kerajaan Britania atau yang disebut Perang Revolusi Amerika berkecamuk. Amerika menang dan pasukan Inggris menyerah.

Kekalahan itu berdampak pada politik dan membuat George semakin tak keruan. Hingga pada 1788-1789, George mengalami penyakit serius. Pada 1801, ia menjadi gila secara permanen.

Bagaimana kondisi Raja George III setelah gila permanen? Baca di halaman berikutnya >>>

Akhir Tragis Hidup Raja Inggris Pembuat Makam 'Misterius' Royal Vault

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER