Beberapa kepala sekolah di Inggris melaporkan anak-anak memakan karet atau bersembunyi di taman bermain saat jam istirahat karena mereka tak mampu membeli makan siang.
Sebagaimana diberitakan The Guardian, seorang anak di salah satu sekolah di Lewisham bahkan sampai berpura-pura makan makanan dari kotak bekal kosong karena tak mendapatkan makanan gratis dari sekolah. Ia juga disebut berpura-pura makan karena tak ingin teman-temannya tahu kalau di rumahnya tidak ada makanan.
Naomi Duncan, Kepala EKsekutif Chefs in Schools menuturkan, "Kami mendengar kasus anak-anak yang sangat lapar dan kemudian memakan karet di sekolah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Anak-anak yang datang juga tak makan apapun sejak menerima makan siang pada sehari sebelum. Pemerintah harus melakukan sesuatu," lanjutnya.
"Ini sangat menyedihkan bagi koki kami. Mereka [para koki] secara aktif keluar dan menemukan anak-anak bersembunyi di taman bermain karena berpikir mereka bisa mendapatkan makanan, lalu kemudian [para koki] memberikan makanan ke anak-anak itu."
Banyak perempuan Inggris yang memilih menjadi pekerja seks demi bisa memenuhi biaya hidup mereka.
Juru bicara organisasi English Collective of Prostitutes, Niki Adams, menuturkan bahwa, "Harga biaya hidup kini memaksa perempuan melakukan pekerjaan seks dengan berbagai cara, entah di jalan ataupun secara virtual," dikutip dari situs resmi lembaga itu.
"Apa yang kami lihat saat ini adalah orang-orang bekerja di sana karena putus asa."
Selain itu, Evening Standard mengungkapkan jumlah permintaan bantuan dari English Collective of Prostitutes meningkat sepertiga kali pada musim panas ini.
English Collective of Prostitutes sendiri merupakan organisasi bawah tanah bagi pekerja seks komersial di Inggris. Organisasi ini memiliki jaringan bantuan dan pusat di berbagai kota Inggris, dan bertujuan memberikan pelajaran pada pekerja seks komersial untuk menjaga diri agar tetap aman.
Adams menilai tak hanya membuat sejumlah perempuan baru memilih bekerja seks, krisis juga menyebabkan masyarakat yang sudah lepas dari pekerjaan itu kembali lagi.
"Mereka didorong ke [sektor] tersebut karena entah mereka kehilangan pekerjaan 'lurus' mereka akibat Covid-19, atau itu tidak menutupi apa yang mereka butuhkan untuk hidup," katanya.
Tak hanya Adams, CEO lembaga pendukung pekerja seks MASH, Annie Emery, mengakui lebih banyak perempuan menghubunginya untuk menjadi PSK demi bisa hidup dan mendapatkan tempat tinggal.
Emery menilai pandemi Covid-19 memang memperburuk kehidupan perempuan yang sudah berada dalam situasi sulit.
"Saat Covid-19 melanda, kami melihat kenaikan angka perempuan yang kehilangan pemasukan mereka hanya dalam waktu semalam, membutuhkan paket pangan darurat, yang diusir dari tempat tinggalnya, atau tak dapat melakukan isolasi," ujar Emery.
(pwn/rds)