Merespons kematian sejumlah pejabat Rusia, banyak orang menilai kematian oligarki Lukoil terjadi karena mereka mendukung berakhirnya perang di Ukraina. Namun, Browder beda pendapat soal itu.
"Jika Anda membaca pernyataan [Lukoil], ia tak melawan perang sama sekali. Ia hanya mengatakan akan lebih baik untuk menyelesaikan masalah lewat negosiasi ketimbang konflik. Saya tak melihatnya sebagai bentuk pengecaman perang," kata Browder.
"Saya tak percaya mereka [yang dibunuh] merupakan aktivis anti-perang, pemberontak politik, atau apa pun yang akan memprovokasi pembunuhan untuk pernyataan itu."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, Browder menilai kematian para crazy rich Rusia ini menunjukkan rasa putus asa Presiden Vladimir Putin untuk tetap menjaga kekuasaannya atas sektor ekonomi terbesar Rusia.
"Vladimir Putin telah dilumpuhkan oleh sanksi. Dia adalah pria paling kaya di dunia dan dia menyimpan uangnya lewat individu yang disebut oligarki Rusia, yang semuanya telah disanksi," ujar Browder.
"Uang yang belum benar-benar disanksi adalah keuntungan dari industri minyak dan gas, dan dia membutuhkan lebih banyak uang saat ini untuk menjalankan perang."
Selain itu, Browder menilai perusahaan minyak dan gas Rusia bakal mengalami tekanan untuk memberikan keuntungan mereka ke Kremlin.
Ia mencontohkan kasus kepala Lukoil, Ravil Maganov, yang ditemukan tewas pada 1 September.
"Mereka semua duduk di depan arus uang tunai dan aset yang besar. Saya menduga pria itu mengatakan 'tidak' [atas permintaan Kremlin] dan cara terbaik untuk menguasai arus uang tersebut adalah membunuhnya lalu menanyakan pertanyaan yang sama kepada penggantinya."
Ia kemudian berucap, "Saya menduga Putin mendapatkan bagian dari aliran uang yang terarah setelah pembunuhan ini."
(pwn/bac)