5 Masalah China yang Bikin Xi Jinping Mumet

CNN Indonesia
Sabtu, 08 Okt 2022 19:42 WIB
China sebagai salah satu negara adidaya menyaingi AS tak luput dari berbagai masalah internal maupun eksternal yang bikin Presiden Xi Jinping pusing.
Presiden Xi Jinping dan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen yang selalu berselisih. (Foto: REUTERS/Carlos Garcia Rawlins/Ann Wang)

3. Resesi Seks

China tengah menghadapi 'resesi seks' yang berdampak terhadap angka kesuburan dan populasi yang kecil.

Istilah 'resesi seks' merujuk pada penurunan rata-rata jumlah aktivitas seksual yang dialami suatu negara. Ini mempengaruhi jumlah kelahiran.

'Resesi seks' di China ramai jadi perbincangan usai sebuah laporan dengan judul The Challenges of Law Birth rate in China rilis di Wiley pada Agustus lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada 2021 angka kelahiran hanya 7,52 kelahiran per 1.000 orang atau sekitar 11 juta bayi. Jumlah ini menjadi yang terendah sejak 1949.

Di tahun itu pula, tingkat kesuburan di China tercatat 1,16. Angka ini menjadi salah satu yang terendah di bawah standar Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) untuk populasi yang stabil dengan tingkat 2,1, demikian dikutip Channel News Asia.

Angka kelahiran yang rendah juga dipicu tingkat pernikahan. Menurut laporan itu, jumlah pendaftaran pernikahan di China turun selama tujuh tahun berturut-turut pada 2020, dengan hanya 8,1 juta pasangan yang menikah. Angka ini menurun 12 persen dari 2019.

Untuk mengatasi masalah tersebut, China menerapkan sejumlah kebijakan. Mulai dari keringanan pajak, cuti hamil yang lebih lama, peningkatan asuransi, subsidi perumahan dan biaya tambahan untuk anak.

4. Covid-19

China dikenal sebagai negara yang ketat terkait protokol pencegahan Covid-19 atau yang disebut Strategi Nol-Covid.

Nol-Covid ini meliputi mencari kasus, melakukan tes massal, menelusuri, mengisolasi dan memberi dukungan sata lockdown.

Pemerintah kerap menerapkan lockdown di kota tertentu, bahkan saat kasus Covid-19 berjumlah belasan. Aturan ini berimbas terhadap ekonomi negara tersebut.

Strategi itu juga mendapat banyak kritik. The New York Times bahkan menuliskan Nol Covid menjadi hambatan bagi ekonomi, perjalanan dan kehidupan sehari-hari.

Dalam beberapa kasus, penguncian menyebabkan kekurangan makanan dan kebutuhan sehari-hari lain, misalnya di Yining.

Penduduk mengeluh karena mengalami kondisi yang menyedihkan di kamp karantina dan mengalami kelaparan akibat pembatasan mobilitas.

5. Krisis ekonomi

Pada 27 September, menurut laporan Bank Dunia, ekonomi China diproyeksikan tumbuh 2,8 persen. Angka ini merupakan penurunan signifikan dari perkiraan yang sebelumnya berada di angka 5,0 persen.

Sementara itu, Dana moneter Internasional (IMF) memproyeksikan produk domestik bruto (PDb) China melambat tajam menjadi 4,3 persen pada 2022.

Ekonomi China dilaporkan tengah lesu imbas strategi Nol-Covid yang mereka terapkan. Hal ini mengganggu sektor industri, penjualan domestik, hingga aktivitas ekspor.

"Pandemi dan penguncian hanya memperburuk masalah," kata pengamat ekonomi politik China di Universitas Johns Hopkins, Ho Fung Hung, seperti dikutip AFP.

Beberapa pengamat menilai, China akan berjuang lebih keras pada 2022 ini untuk memulihkan ekonomi. Selain itu, krisis di sektor properti juga masih menjadi masalah bagi China.

Kondisi demikian, membuat Presiden China Xi Jinping meminta bank sentral barat menghindari kenaikan suku bunga terlalu cepat demi melawan inflasi.

Kondisi ekonomi China yang lesu juga berdampak terhadap angka pengangguran yang tinggi di negara itu.

Hampir 11 juta lulusan memasuki pasar kerja China pada Agutus 2022. Namun, pertumbuhan ekonomi tak menyentuh angka satu persen, hanya bertengger di 0,4 persen pada kuartal kedua. Angka itu terlemah dalam dua tahun.

"Kenyataannya lebih serius daripada yang ditunjukkan data. Jika masalah terus berlanjut tanpa perbaikan, akan dengan mudah menyebarkan gangguan sosial," kata Hung.

(isa/rds)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER