Sebetulnya jejak hubungan Indonesia-China bisa ditelisik pada 1950. RI bahkan menjadi negara Asia Tenggara pertama yang menjalin hubungan resmi dengan Negeri Tirai Bambu.
Enam bulan usai China menjadi Republik Rakyat China (RRC), mereka dan Indonesia menandatangani perjanjian perdagangan. Lalu pada April 1955, Perdana Menteri Zhao Enlai turut menghadiri Konferensi Asia Afrika di Bandung.
Tahun-tahun selanjutnya hubungan kedua negara ini diwarnai saling kunjung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, peristiwa G-30 September PKI 1960 menjadi titik buruk hubungan China-RI. Tujuh tahun setelahnya, Indonesia memutus hubungan diplomatik dengan China.
Pemerintah saat itu, yang dipimpin Soeharto, mencurigai Beijing terlibat dalam peristiwa yang dikenal G30SPKI.
Usai 23 tahun berlalu, kedua pihak ini melakukan normalisasi hubungan melalui Komunike Bersama "The Resumption of the Diplomatic relation Between Two Countries."
Ketegangan kembali terlihat saat kerusuhan 1998 pecah. Ketika itu, etnis China di Indonesia menjadi target kerusuhan. Banyak perempuan etnis ini menjadi korban perkosaan, banyak pula yang mengalami penjarahan.
Merespons insiden itu, pemerintah China langsung menyuarakan keprihatinannya. Mereka meminta agar pemerintah Indonesia bersungguh-sungguh melindungi etnis China.
Setelah ketegangan itu, Indonesia, di bawah pimpinan Abdurrahman Wahid (Gusdur) membuka jalan diplomasi yang lebih erat. Ia bahkan menjadikan China sebagai negara pertama yang dikunjungi tak lama usai dilantik pada 1999.
Pengamat hubungan internasional di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI, Lidya Christian Sinaga, menulis jurnal dengan judul "Hubungan Indonesia-Cina Dalam Dinamika Politik, Pertahanan-Keamanan, dan Ekonomi di Asia Tenggara: Perspektif Indonesia" soal lawatan Gusdur.
"Kunjungan tersebut menjadi babak baru peningkatan hubungan China dan Indonesia," kata Lidya dalam laporan itu.
Hubungan kedua negara ini semakin meningkat, terutama di bidang ekonomi dan politik. Kemesraan kedua negara mencapai pada 2005, saat mereka menandatangani Deklarasi Kemitraan Strategis.
Ekonomi China saat itu tengah tumbuh signifikan, tren positif ini berpengaruh terhadap hubungan Jakarta-Beijing hingga sekarang.
(isa/bac)