Anggota Parlemen Amerika Serikat yang menyelidiki serangan di Gedung Capitol pada 2021 memanggil mantan Presiden Donald Trump untuk bersaksi tentang keterlibatannya dalam kerusuhan tersebut.
"Komite ini akan menuntut pertanggungjawaban penuh kepada setiap orang Amerika atas peristiwa 6 Januari," kata Ketua Komite Penyelidik Parlemen Bennie Thompson, dikutip AFP, Jumat (14/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi adalah kewajiban kami untuk mencari kesaksian Donald Trump," ujarnya.
Panel DPR yang terdiri dari tujuh Demokrat dan dua Republik setuju dengan suara bulat untuk memaksa kehadiran Trump di hadapan para penyelidik. Sidang ini diharapkan menjadi yang terakhir sebelum pemilihan paruh waktu.
"Kami harus adil dan menyeluruh dan mendapatkan konteks penuh untuk bukti yang kami peroleh. Tetapi kebutuhan komite ini untuk mendengar dari Donald Trump melampaui pencarian fakta kami," kata Bennie.
"Ini adalah pertanyaan tentang pertanggungjawaban kepada rakyat Amerika. Dia harus bertanggung jawab. Dia harus bertanggung jawab atas tindakannya," ucapnya lagi.
Panggilan dari panel terbukti sulit ditegakkan. Mantan ajudan Gedung Putih Steve Bannon, satu-satunya target yang dihukum karena menghina Kongres, menolak untuk mematuhi.
Trump terkenal karena kemampuannya menghabiskan waktu penyelidikan kongres dan proses hukum, dan tetap sangat tidak mungkin bahwa dia akan setuju untuk memberikan bukti.
Panggilan pengadilan akan kedaluwarsa dengan masa jabatan kongres yang baru pada Januari. DPR diperkirakan akan berbalik ke Partai Republik dalam pemilihan November mendatang, yang berencana segera mengakhiri penyelidikan.
Meski demikian, langkah ini menandai eskalasi agresif dari penyelidikan, yang telah mengeluarkan lebih dari 100 panggilan pengadilan dan mewawancarai lebih dari 1.000 orang sejak dimulai pada 2021.
Sementara itu, selama ini tidak pernah ada presiden yang dipaksa duduk untuk bersaksi di depan Kongres. Anggota parlemen telah memanggil mantan presiden untuk membahas tindakan mereka di kantor.
Panel penyelidikan Kongres AS meyakini Donald Trump dan klaimnya tentang kecurangan pemilihan umum 2020 menyulut penyerangan Gedung Capitol pada Januari 2021 lalu.
Ketua panel yang dibentuk Kongres untuk menyelidiki kerusuhan Gedung Capitol itu pun menganggap penyerangan yang akhirnya menewaskan 5 orang dan ratusan lainnya terluka sebagai bentuk "upaya kudeta" agar Trump tetap bisa berkuasa.
Dalam pemaparan hasil penyelidikan, komite khusus Kongres AS ini berusaha meyakinkan negara yang terpecah tentang siapa paling bertanggung jawab atas kerusuhan tersebut.
"Presiden Trump memanggil massa, mengumpulkan massa, dan menyulut api serangan ini," kata wakil ketua panel tersebut dari Partai Republik, Liz Cheney, dalam pidato pembukaannya di sesi pertama pemaparan hasil penyelidikan pada Kamis (9/6).
(afp/pmg)