Mirip dengan pendapat sebelumnya, pengamat di Pusat Strategis dan Studi Internasional (CSIS) Indonesia, Waffaa Kharisma, berpendapat China mungkin bakal jadi negara adidaya, tetapi tidak sendiri.
"Masih agak jauh kemungkinan Tiongkok menjadi negara adidaya sendirian [hegemon unipolar]. Yang lebih memungkinan dia hegemon berdua atau bipolar, dan adidayanya akan di beberapa sektor tertentu," kata Waffaa ketika diwawancara CNNIndonesia.com, Rabu (12/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia kemudian mengatakan, "Amerika Serikat mungkin di militer. Tiongkok di perdagangan, komoditas, dan lain-lain. Tiongkok misalnya nanti menyusul AS di teknologi IT dan elektronik, AS tapi masih kuat di sektor inovasi software."
Sementara itu, pengamat hubungan internasional Universitas Indonesia Suzie Sudarman menilai China masih belum dapat menjadi negara hegemoni.
Salah satu alasannya karena China masih belum memiliki ruang gerak untuk mendisiplinkan dunia.
"China tidak memiliki ruang gerak untuk mendisiplinkan dunia, seperti AS membangun institusi internasional setelah Perang Dunia II," kata Suzie saat dihubungi CNNIndonesia.com pada Rabu (12/10).
"AS mendisiplinkan [dunia] dengan menegakkan hukum internasional yang sesuai dengan [apa] yang dikehendakinya," tuturnya lagi.
Selain itu, Suzie berpendapat China masih belum memiliki kesempatan yang sama agar negara lain patuh pada sistemnya, yakni yang lebih otoriter.
"China masih menjadi sesuatu yang ditakuti bagi negara-negara yang ingin bekerja sama, karena militerismenya lebih menjelma sebagai kekuatan mendominasi daripada memberikan ruang bermanuver secara bebas," ujar Suzie.
(pwn/bac)