Presiden Xi Jinping disanjung karena berhasil mengentaskan kemiskinan. Namun, sebagian warga China mengeluh karena Xi berfokus pada generasi muda, melupakan warga lanjut usia yang akhirnya bunuh diri.
Fakta ini menjadi perhatian ketika Partai Komunis China menggelar kongres lima tahunan mereka sepanjang pekan ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kongres itu, Xi diduga kuat bakal menggembar-gemborkan keberhasilannya membasmi kemiskinan ekstrem.
Program-program Xi memang dianggap sukses membuka lapangan pekerjaan bagi generasi muda di kota-kota besar.
Namun ternyata, para lansia di daerah pinggiran merasa kian tersingkir. Mereka dibiarkan hidup bergantung pada subsidi pemerintah, tanpa bantuan anak muda di sekitar mereka.
Penghasilan yang masuk ke kantong mereka pun seadanya. Dengan penghasilan minim itu, mereka sulit mendapatkan perawatan medis memadai, yang justru penting di usia senja.
Banyak dari mereka lantas memilih untuk mengakhiri hidupnya. Berdasarkan riset teranyar kantor berita Xinhua, tingkat bunuh diri lansia di daerah pinggiran naik lima kali lipat dalam dua dekade belakangan.
Seorang mantan pekerja lembaga swadaya masyarakat di China, Yao Cheng, mengakui kepada Radio Free Asia bahwa gejala ini sudah terlihat dalam beberapa tahun ini.
"Ketika kalian pergi ke daerah pinggiran, kalian akan sering mendengar seseorang meninggal, dan ketika kalian bertanya lebih lanjut, mereka sering menyebut bahwa itu karena bunuh diri," ujar Yao.
Yao lantas menceritakan pengalamannya kala berkunjung ke salah satu daerah pegunungan terpencil di Hunan bersama seorang jurnalis Jerman pada 2011 silam.
"Anak-anak muda di desa sudah pergi mencari kerja dan yang tersisa hanya lansia berusia 60-70-an tahun. Kebanyakan dari mereka hidup dari bantuan pemerintah kurang dari 100 yuan [setara Rp215 ribu] per bulan," tuturnya.
Tak tahan dengan segala penderitaan hidup tanpa bantuan berarti, para lansia itu akhirnya memutuskan untuk bunuh diri.
Cara-cara lansia bunuh diri bisa dibaca di halaman berikutnya >>>