Tak tahan dengan segala penderitaan hidup tanpa bantuan berarti, para lansia itu akhirnya memutuskan untuk bunuh diri.
"Mereka tak mau mati dalam kesakitan. Saya dengar mereka akan minum banyak obat tidur karena mereka tak kuat menggantung diri sendiri. Cara bunuh diri lain yang umum adalah minum pestisida," ucap Yao.
Seorang asisten profesor bidang pekerjaan sosial pemerintah dari Universitas Hong Kong, Yu-Chih Chen, selain biaya hidup dan medis, perasaan terisolasi juga menjadi salah satu faktor utama yang membuat lansia bunuh diri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Merujuk pada data sensus 2020, hampir 24 persen populasi di daerah pinggiran saat ini berusia di atas 60 tahun. Lebih dari 100 juta di antaranya kini tinggal sendiri di rumah di mana mereka membesarkan anak-anaknya.
"Isolasi sosial terbukti membuat angka kematian meningkat dalam berbagai studi akademis. Dampaknya terhadap kesehatan mirip dengan efek merokok 15 batang sehari," ucapnya.
Satu studi dari Universitas Pennsylvania pada 2021 bahkan menunjukkan angka bunuh diri lansia menurun 8,7 persen selama libur Tahun Baru China, ketika anak-anak muda pulang menemui orang tua di kampung halaman.
Aktivis yang bermarkas di Amerika Serikat, Chen Guancheng, mengatakan bahwa pemerintah Negeri Tirai Bambu sebenarnya bisa mengatasi masalah ini dengan perubahan fokus kebijakan.
Menurutnya, China harus menyeimbangkan program mereka antara di kota-kota besar dengan daerah pinggiran.
"PKC tak boleh salah mengalokasikan sumber daya," katanya.
(has)