Pada 2021, keterwakilan perempuan di PKC meningkat jadi 29 persen, dibanding 2012 lalu yang hanya 24 persen.
Angka itu meningkat karena ada perempuan di sejumlah daerah yang membuat kemajuan signifikan di China, terutama di sektor bisnis.
Namun, bagaimanapun pengamat kajian China di Institut Mercator, Valarie Tan, tetap menilai bahwa minimnya perempuan di pemerintahan berarti kemunduran bagi perempuan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini benar-benar menyaring hal yang kita lihat di masyarakat, hak-hak perempuan, rata-rata kelahiran, ketimpangan gender, dan kekerasan domestik," kata Tan.
Lihat Juga :![]() KILAS INTERNASIONAL Sepupu Pangeran MbS Ancam AS dengan Jihad hingga PM Inggris Minta Maaf |
Pandangan Tan berbeda dengan pernyataan di situs Federasi Perempuan pada 27 September lalu. Dalam situs itu tertuang bahwa China membuat kemajuan dalam program perempuan selama satu dekade ini.
Perempuan di Negeri Tirai Bambu juga disebut menikmati hak yang sama.
Di waktu yang sama saat banyak negara berusaha mengikis ketimpangan gender di ruang kerja, pendidikan, kesehatan dan politik, China justru bak melanggengkannya.
Menurut Forum Ekonomi Dunia, China sekarang menduduki peringkat ke 102 dari 146 negara dalam hal ketimpangan gender.
Di era Xi Jinping, suara-suara feminis juga diberangus dalam beberapa tahun terakhir. Para pengamat juga menilai pemerintah menekankan nilai-nilai tradisional seperti perempuan sekadar menjadi ibu dan penjaga.
Pada Juli 2021, Xi mengatakan betapa penting kesetaraan gender, tetapi dia juga menekankan perempuan China harus menjadi istri yang baik dan ibu yang baik.
"[Perempuan harus mengemban] misi zaman mereka, menghubungkan masa depan dan nasib mereka, dengan masa depan dan nasib ibu pertiwi," ujar Xi ketika itu.
Di bawah pemerintahan Xi, suara-suara feminis China juga diberangus.
Pihak berwenang menangkap para feminis yang menyuarakan gerakan #MeToo sebagai perlawanan terhadap kekerasan seksual di China. Pemerintah juga membatalkan acara, diskusi, penyensoran terhadap segala hal yang berkaitan dengan itu.
"Gerakan feminis ini sangat lemah dan tak punya kebebasan untuk berkembang," kata pejuang hak-hak perempuan dan founder media Feminist Voices, Lu Pin.
Pin kemudian beujar,"Banyak gerakan sosial dibungkam dan perempuan tidak akan punya kebebasan."
(bac)