Baru-baru ini, pemerintah Arab Saudi memvonis seorang imam sekaligus penghafal Al-Qur'an selama 12 tahun penjara.
Organisasi hak asasi manusia Saudi, Prisoners of Conscience, mengungkapkan bahwa imam Saudi Abdullah Basfar didakwa, "dengan konteks menerima undangan untuk mengimami salat di lapangan Masjid Hagia Sophia di Turki."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami mengecam vonis tersebut, dan kami mendesak pihak berwenang untuk merilisnya tanpa syarat," demikian pernyataan badan itu, dikutip dari The New Arab.
Basfar sendiri ditangkap setelah videonya mengimami salat di lapangan Hagia Sophia pada 2014 terungkap dan menyebar di media sosial.
Namun, alasan pasti penangkapan dan dakwaan terhadap Basfar belum diklarifikasi oleh pemerintah Saudi.
Meski begitu, Arab Saudi dalam beberapa waktu terakhir kerap menangkap imam, akademisi, dan tokoh agama sebagai upaya menangani ekstremis.
Namun, pengkritik menilai pemerintah Saudi mencoba menekan oposisi, dikutip dari Middle East Monitor.
Ahli studi kajian Timur Tengah dari Universitas Indonesia, Yon Machmudi, berpendapat Saudi masih belum cukup moderat meski sempat menerapkan kebijakan sosial yang lebih terbuka.
"Masih belum [moderat]. Dari aspek norma agama dan sosial Saudi menjadi lebih moderat tetapi sisi politik masih otoritarian," kata Yon saat dihubungi CNNIndonesia.com
Menurut Yon, meski warga Saudi, terutama perempuan, kini lebih bebas. Namun, masyarakat dilarang membicarakan masalah politik negara itu.
Yon mengatakan bahwa isu politik di Saudi merupakan hak prerogatif raja dan keluarga.
"Otomatis, ulama maupun pihak yang berbeda pendapat dalam hal politik akan mendapat sanksi, termasuk dipenjarakan," ujar Yon lagi.
Yon juga berpendapat liberalisasi Saudi hanya berlangsung dalam bidang ekonomi dan sosial agama, sementara politik tak sedikit pun terjadi keterbukaan.
Tak hanya Yon, pengamat hubungan internasional dari Universitas Islam Negeri Jakarta, Ubaedillah, mengatakan Saudi memang kerap menangkap siapapun yang menentang kebijakan Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MbS).
"Yang ditangkap Kerajaan Saudi bukan ulama Kerajaan, tetapi figur yang menyerukan anti moderasi dan bernada politis," ucap Ubaedillah.
Pengamat hubungan internasional dari Universitas Muhammadiyah Riau, Fahmi Salsabila, juga menilai Saudi masih represif terhadap kritik rakyatnya.
"Jadi [Arab Saudi] ingin dianggap moderat dari tanggapan dunia luar terhadap hal-hal yang dulunya dilarang namun justru radikal ke dalam, membungkam kritik warga apapun latar belakangnya," tutur Fahmi.
Arab Saudi, yang mengikuti mazhab Hambali, melarang keras mengkritik apalagi membangkang penguasa.
Menurut mazhab Hambali, melakukan itu berarti sama saja dengan berbuat kejahatan dan harus dihukum.
(pwn/bac)