Jakarta, CNN Indonesia --
Korban tewas dalam tragedi pesta Halloween di Itaewon, Seoul, Korea Selatan, pada Sabtu (29/10) malam bertambah menjadi 155 orang.
Pihak berwenang menuturkan jumlah korban mungkin dapat bertambah karena masih ada sekitar 30 orang korban terluka dalam kondisi kritis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hingga kini, pihak berwenang belum bisa menyimpulkan penyebab tragedi paling mematikan sejak 2014 lalu itu dan masih melakukan penyelidikan.
Namun, sejumlah spekulasi bermunculan di kalangan publik terkait insiden mematikan tersebut.
Berikut sejumlah spekulasi warga soal penyebab tragedi pesta Halloween di Itaewon:
Pengguna Narkoba Berkelahi
Salah satu saksi mata mengungkapkan bahwa pengguna narkoba sempat berkelahi saat tragedi Halloween di Itaewon.
Park Jung Hoon mengatakan insiden itu bermula dari pengguna narkoba yang berkelahi dengan beberapa orang. Kemudian, situasi semakin kacau sebab ada kecelakaan seperti hak tinggi mengenai paha seseorang.
[Gambas:Video CNN]
"Pertama-tama, ada orang yang menggunakan narkoba, dan mereka bentrok dengan orang lain yang menyebabkan cedera," kata Park seperti dikutip Reuters pada Minggu.
Permen Misterius Diduga Narkoba
Selain soal perkelahian pengguna narkoba, sejumlah netizen Korea Selatan juga berspekulasi bahwa tragedi di Itaewon disebabkan oleh keracunan permen diduga narkoba.
Di awal insiden terjadi, beredar kabar bahwa puluhan korban yang pingsan dan terkapar di tengah kerumunan massa di Itaewon disebabkan oleh permen misterius yang dibagikan oleh orang tak dikenal di kawasan tersebut. Peremen tersebut diduga beracun atau berisi narkoba.
Salah satu saksi mata yang berada di lokasi saat kejadian berlangsung menuturkan seseorang dengan kostum Santa Claus memberikan permen warna-warni secara cuma-cuma kepada kerumunan muda-mudi yang datang di kawasan itu.
"Tak lama setelah itu, banyak orang terlihat muntah-muntah dan pingsan, menyebabkan orang-orang ketakutan dan panik kabur di tengah kerumunan," katanya.
Pihak berwenang hingga media Korea Selatan juga sempat mewanti-wanti warga soal penggunaan narkoba selama perayaan Halloween akhir pekan lalu. Media Korsel SBS juga sempat melaporkan imbauan kepada warga untuk berhati-hati jika ada yang membagikan permen misterius warna-warni di tengah kerumunan massa perayaan Halloween yang ditakutkan merupakan narkoba.
Meski begitu, pihak kepolisian sampai saat ini belum mengeluarkan pernyataan resmi soal penyebab tragedi Itaewon terjadi.
Diusir Pemilik Toko saat Ingin Selamatkan Diri
Seorang saksi mata dalam tragedi itu mengatakan sejumlah pemilik toko mengusir para pengunjung yang ingin menyelamatkan diri dari kerusuhan itu.
Saksi sekaligus korban menyalahkan pemilik bar dan kelab di dekatnya yang dinilai menghalangi orang melarikan diri dari gang.
"Sepertinya korban lebih parah karena orang-orang berusaha melarikan diri ke toko-toko terdekat tetapi diusir kembali ke jalan karena jam kerja sudah berakhir," kata saksi seperti dikutip kantor berita Yonhap.
Berlanjut ke halaman berikutnya >>>
Kedatangan Artis Vloger Picu Kerumunan
Sebagian saksi mata lainnya yang ada di tempat kejadian mengklaim seorang vlogger terkenal tiba-tiba datang ke kawasan Itaewon yang terdiri dari jalanan gang-gang kecil selebar 3,2 meter saja.
Dikutip The Guardian, kedatangan artis yang tak teridentifikasi itu disebut memicu kehebohan para pengunjung seketika di area yang sudah penuh sesak oleh orang-orang.
Kebocoran Gas
Di awal kejadian berlangsung beredar kabar bahwa ada tabung gas milik restoran sekitar gang Itaewon bocor sehingga membuat orang-orang yang tengah berkerumun keracunan di tengah minimnya oksigen.
Tak lama setelah itu, sejumlah pengunjung kompak pingsan dan mengalami kondisi henti jantung dan sebagian lainnya kesulitan bernapas.
Dilaporkan CNN, pihak berwenang pertama kali menerima panggilan darurat sekitar 22.24 waktu setempat. Para pelapor menuturkan banyak orang terkubur di bawah kerumunan orang.
Namun, saat tiba di tempat kejadian, pihak berwenang tidak menemukan ada kebocoran gas atau kebakaran.
Minim Pengamanan Polisi
Sebagian besar publik sampai saat ini meyakini bahwa tragedi Itaewon murni kelalaian pengamanan dari pihak berwenang. Banyak pihak menuturkan insiden mematikan itu kesalahan manusia dan seharusnya bisa dicegah.
Para pengunjung dan korban selamat juga menuturkan pihak berwenang minim pengawasan di Sabtu malam tersebut. Padahal, sepekan sebelum perayaan Halloween berlangsung, tiket hotel dan tiket pesta sudah terjual habis. Seharusnya, pihak berwenang dinilai sudah memprediksi bahwa keramaian yang tidak biasa akan terjadi di puncak perayaan Halloween tersebut.
Kawasan Itaewon sendiri telah lama populer sebagai tempat perayaan Halloween setiap tahunnya. Sejumlah turis dari negara tetangga termasuk warga Indonesia bahkan rela terbang ke Seoul untuk merayakan Halloween di Itaewon ketika perayaan tersebut makin populer di kalangan negara Asia.
Namun, akibat pandemi Covid-19 dan pembatasan kerumunan, pesta Halloween ditiadakan selama dua tahun terakhir. Festival Halloween pada Sabtu (29/10) itu pun menjadi yang pertama sejak dua tahun lebih sehingga antusiasme publik lebih besar dari tahun-tahun sebelum pandemi.
Sekitar hampir 100 ribu orang disebut "menyerbu" kawasan Itaewon yang terdiri dari jalanan gang-gang kecil selebar 3,2-4 meter itu.
Juliette Kayyem, pakar manajemen bencana dan analis keamanan nasional CNN, mengatakan kepadatan ibu kota mungkin juga berperan dalam tragedi Itaewon.
"Orang-orang di Seoul sudah terbiasa berada di tempat yang padat, mungkin saja mereka tidak terlalu waspada dengan jalan yang penuh sesak itu," katanya.
"Kepanikan selalu menjadi faktor, dan ada bahaya terlalu terbiasa berada di tempat ramai."
Kayyem menuturkan sulit untuk menentukan apa yang mungkin memicu naksir itu. Namun, ia mengatakan pihak berwenang "seharusnya sudah mengantisipasi kemungkinan kerumunan lebih banyak akan terjadi sebelum Sabtu malam," tambahnya.
"Ada tanggung jawab pihak berwenang untuk memantau volume kerumunan secara real time, sehingga mereka dapat merasakan kebutuhan untuk mengerahkan pengamanan lebih."
Hal itu diakui oleh pemerintah Korsel. Direktur Divisi Investigasi Kejahatan Kekerasan Kepolisian Korsel, Oh Seung-jin, menuturkan saat ini pemerintah tidak memiliki manual khusus untuk mengatasi kerumunan massa yang terjadi spontan tanpa penyelenggara.
"Untuk festival Halloween kali ini, karena diharapkan banyak orang akan berkumpul di Itaewon, saya mengerti bahwa festival ini disiapkan dengan menempatkan lebih banyak pasukan polisi dari pada tahun-tahun sebelumnya," kata Oh seperti dikutip CNN.
"Tapi memang saat ini tidak ada manual persiapan terpisah untuk situasi seperti itu di mana tidak ada penyelenggara dan diharapkan ada kerumunan orang."
Selain itu, polisi telah dikerahkan bukan untuk pengendalian massa - tetapi untuk pencegahan kejahatan dan untuk mencegah "berbagai kegiatan ilegal."
Kim Seong-ho, direktur divisi manajemen bencana dan keselamatan di Kementerian Dalam Negeri dan Keselamatan juga mengatakan mereka tidak memiliki "pedoman atau manual" untuk "situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya" seperti tragedi Itaewon ini.
Saat insiden terjadi, lebih dari 1.700 petugas darurat dikerahkan termasuk 500 petugas pemadam kebakaran, 1.100 polisi, dan 70 pegawai pemerintah. Meski begitu, banyak pengunjung dan saksi mata yang mengaku bahwa pengawasan polisi di kawasan itu minim bahkan kurang sebelum tragedi berdesak-desakan berlangsung.