Korea utara meluncurkan rudal balistik antarbenua (ICBM) dan dua jenis rudal lain pada Kamis (3/11) ke arah Laut Timur atau Laut Jepang.
Ketiga rudal tersebut sempat dikabarkan terbang melewati Jepang sebelum jatuh ke perairan. Namun, Kementerian Pertahanan Jepang kemudian mengoreksi bahwa rudal-rudal Korut tersebut tidak melayang di atas wilayah negaranya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Kepala Staf Gabungan Militer Korsel meyakini ICBM Korut meluncur dari daerah Sunan di Pyongyang sekitar 07.40 waktu setempat.
Ia juga menyatakan rudal itu terbang sekitar 760 km dan mencapai puncak ketinggian sekitar 1.920 Km, demikian menurut media pemerintah Korsel, Yonhap.
Namun, salah satu sumber Kemhan Korsel mengatakan peluncuran rudal Korut itu gagal. Sebab, saat pemisahan tahap kedua, rudal itu tampak gagal terbang normal.
Selain ICBM, militer Korsel mendeteksi dual rudal jarak pendek (SRBM) yang diyakini meluncur dari Kaechon Provinsi Pyingan Selatan sekitar pukul 08.39 pagi waktu setempat.
Lihat Juga : |
Rudal SRBM terbang hingga 70 Km dengan kecepatan tertinggi 5 Mach.
Menanggapi aktivitas Pyongyang, Korsel meningkatkan pengawasan dan kewaspadaan terhadap provokasi yang lebih intens.
Rudal Korut kali ini juga sempat dianggap melintasi wilayah Jepang. Pemerintah sampai-sampai mengeluarkan peringatan serangan udara dan mengimbau warga untuk evakuasi.
Usai melakukan penyelidikan lebih lanjut, Kementerian Pertahanan Jepang menyatakan tak ada rudal yang melintasi negaranya.
"Rudal itu tidak melintasi kepulauan Jepang, tetapi menghilang di atas Laut Jepang," kata Menteri Pertahanan Jepang Yasukazu Hamada.
Provokasi terbaru Korut terjadi sehari usai mereka meluncurkan 23 rudal. Salah satu rudal ini mendekati teritorial Korea Selatan.
Uji coba rudal balistik Korut berlangsung saat Korsel dan Amerika Serikat melakukan latihan militer bersama. Aktivitas ini kerap membuat Pyongyang geram karena dianggap sebagai persiapan invasi ke negaranya.
Korut semakin sering melakukan uji coba rudal sepanjang 2022 ini. Mereka menilai peluncuran peluru kendali sebagai tanggapan tindakan permusuhan Amerika Serikat dan sekutunya, dalam hal ini Korsel serta Jepang.
(isa/rds)