Mesir menghadapi rentetan kritik terkait aksi represif menangkap puluhan aktivis menjelang KTT Perubahan Iklim PBB COP27 yang akan berlangsung di Mesir 6-18 November 2022.
Mengutip CNN, kelompok-kelompok pegiat HAM menyerukan rencana protes terhadap Presiden Abdel Fattah el-Sisi pada 11 November, saat COP27 dijadwalkan akan berlangsung.
Sebelumnya pada Rabu (9/11), Komisi Hak dan Kebebasan Mesir (ECRF) mengatakan bahwa 93 orang telah ditangkap di Mesir dalam beberapa hari terakhir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa yang ditangkap diduga mengirim video yang menyerukan protes melalui media sosial. Sedangkan yang lain dituduh melakukan penyalahgunaan media sosial, menyebarkan berita palsu, dan bergabung dengan organisasi teroris.
Aktivis iklim India Ajit Rajagopal juga sempat ditahan minggu lalu setelah melakukan aksi protes dari ibu kota Mesir ke Sharm el-Sheikh, yakni resor Laut Merah tempat KTT COP27 digelar.
Rajagopal lantas dibebaskan setelah penahanan singkat di Kairo bersama dengan temannya seorang pengacara bernama Makarios Lahzy.
Di lain sisi, aktivis berkewarganegaraan Inggris-Mesir Alaa Abdel Fattah yang dipenjara di Mesir terus melanjutkan aksi mogok makan. Ia bahkan tak mengindahkan peringatan kerabat atas kesehatannya yang memburuk.
"Alaa telah melakukan mogok makan selama 200 hari, dia bertahan hidup hanya dengan 100 kalori cairan sehari," kata Sanaa Seif, saudara perempuan Abdel Fattah, yang melakukan aksi duduk di luar Kantor Luar Negeri Inggris di London.
Mesir memang sempat mengalami dua pemberontakan massal pada 2011 dan 2013. Hal itu membuka jalan bagi mantan kepala militer Mesir Abdel Fattah el-Sisi untuk mengambil alih kekuasaan. Sejak saat itu, ribuan aktivis dilaporkan dipenjara, ruang publik untuk berekspresi dibatasi, dan kebebasan pers berkurang.
(skt/asa)