Putin Dipastikan Tak Hadir KTT G20 Bali saat Rusia Keok di Ukraina
Presiden Rusia, Vladimir Putin, dipastikan tak akan menghadiri konferensi tingkat tinggi (KTT) G20 di Bali pekan depan. Kepastian ini datang ketika pasukan Rusia keok di Ukraina.
Juru bicara Kedutaan Besar Rusia di Jakarta, Alexander Tumaykin, mengonfirmasi Putin absen di forum itu.
"Saya bisa mengonfirmasi Ketua Delegasi Rusia di pertemuan puncak G20 akan dipimpin Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov," ujar Tumaykin dalam pernyataan resmi, Kamis (10/11).
Ia kemudian menyatakan Putin mungkin hadir secara virtual di KTT G20.
Pernyataan Rusia soal ketidakhadiran Putin muncul saat pasukan Moskow mengalami kekalahan di salah satu wilayah yang dicaplok, Kherson.
Rusia sampai-sampai menarik pasukan militer dari Kherson pada Rabu usai pasukan Ukraina berhasil merebut ibu kota wilayah ini.
"Setelah menilai situasi saat ini secara komprehensif, diusulkan untuk menarik pertahanan di sepanjang tepi kiri [timur] Sungai Dnieper," ujar Jenderal Sergey Surovikin pada Kamis, seperti dikutip Al Jazeera.
Pasukan Ukraina, lanjut dia, menyerang secara gila-gilaan sehingga menghambat pergerakan tentara Rusia di wilayah itu. Ia menilai pasukan tak bisa lagi dipertahankan.
Seruan penarikan pasukan Moskow juga muncul dari Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu.
"Lanjutkan dengan penarikan pasukan dan ambil semua tindakan untuk memindahkan pasukan, senjata, dan peralatan ke seberang sungai," kata Shoigu, seperti dikutip The New York Times.
Pengumuman itu muncul beberapa jam usai wakil kepala pemerintahan Kherson yang ditunjuk Rusia, Kiril Stremousov, dilaporkan tewas dalam kecelakaan mobil.
Selain kalah di Kherson, pasukan elite Rusia juga dilaporkan KO dalam pertempuran di Donetsk.
Moskow mengirim mereka sejak 2 November lalu dengan misi utama mengamankan jalur suplai sehingga aman dari ancaman serangan pasukan Ukraina.
Dalam beberapa bulan ini, Rusia memang mengalami kekalahan di beberapa titik di Ukraina.
Pada September lalu, Putin sampai-sampai mengumumkan bakal mengerahkan 300 ribu tentara cadangan yang diambil dari peserta wajib militer.
Tujuan mobilisasi tentara cadangan itu untuk membantu mengamankan wilayah di sekitar dan di belakang garda terdepan.
Saat itu, Rusia tengah panik karena pasukan Ukraina berhasil merebut Kharkiv melalui pertempuran sengit.
Lebih jauh, Rusia juga dilaporkan kehabisan senjata sampai meminta bantuan dari Korea Utara.
Di tengah keterimpitan ini, beberapa pihak menilai Rusia akan menggunakan senjata nuklir untuk memenangkan perang di Ukraina.
Menurut data pemerintah Ukraina per 10 November, sebanyak 78.690 tentara di Ukraina tewas sejak awal invasi.
Moskow juga kehilangan 2.804 tank, 5.683 kendaraan lapis baja, 1.805 artileri, 278 helikopter penyerang, dan beberapa senjata lain.
(isa/has)