Geger Kasus Kalideres, Apokaliptik Pernah Tewaskan 900 Orang di Guyana
Apokaliptik menjadi sorotan karena dikaitkan dengan kematian satu keluarga di Kalideres. Jauh sebelumnya, paham ini sudah menyedot perhatian karena merenggut 900 nyawa di Guyana pada 1970-an.
Kriminolog dari Universitas Indonesia, Adrianus Eliasta Meliala, menduga keluarga di Kalideres itu juga menganut paham yang sempat menggemparkan Guyana tersebut.
"Jadi mungkin mirip dengan kelompok yang mati massal di Guyana, atau yang melakukan sesajian massal di pinggir laut dan malah disapu ombak semua. Karena kematian adalah tujuan akhir, maka mereka tidak takut," ujar Adrianus.
Kanit Krimum Polres Metro Jakarta Barat, AKP Avrilendi, menegaskan bahwa pihaknya belum bisa menyimpulkan terkait dugaan paham tertentu yang dianut oleh keluarga itu.
Namun, dugaan mengenai keterkaitan paham apokaliptik dengan keluarga di Kalideres itu sudah terlanjur tersebar di tengah masyarakat.
Jika dilihat dari asal katanya, "apokaliptik" dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti segala yang berkaitan dengan kiamat. Paham apokaliptik pun kerap dikaitkan dengan obsesi terhadap kiamat.
Paham apokaliptik pertama kali menggegerkan dunia ketika pada 18 November 1978, sekitar 900 pengikut sekte Peoples Temple pimpinan pendeta bernama Jim Jones bunuh diri massal di hutan terpencil di Guyana.
Sebelum bisa "menghasut" ratusan orang itu, Jones sudah menanamkan kepercayaan di tengah para pengikutnya di Amerika Serikat sejak 1960-an.
Dalam ajarannya, Peoples Temple menggabungkan unsur-unsur Kristen, sosialisme, komunisme, dan gaya hidup berkelompok dengan orang-orang lintas ras.
Pada 1965, Jones pun memerintahkan para pengikut Peoples Temple pindah dari tempat tinggal mereka di berbagai penjuru AS untuk berkumpul di California.
Di sana, ajaran Jones mulai menjauh dari paham Kristen tradisional. Ia bahkan mulai mengklaim diri sebagai reinkarnasi Kristus dan Buddha, dan akhirnya menjadi "dewa" para pengikut Peoples Temple.
Jones mengklaim satu-satunya jalan agar pengikutnya selamat adalah dengan mengikuti ajarannya. Menurutnya, setelah dunia kiamat, maka akan tercipta masyarakat komunis yang ideal.
Dengan dasar ajaran komunisme dan sosialisme, Jones memerintahkan para pengikutnya agar menyerahkan diri mereka sepenuhnya untuk proyek utopis Peoples Temple.
Tujuan besar proyek tersebut adalah membangun komunitas dengan menyerahkan seluruh kekayaan pribadi, bekerja untuk gereja tanpa bayaran, dan memutus hubungan dengan keluarga.
Seorang penulis yang mempelajari paham Jones, Shiva Naipaul, mengatakan bahwa para pengikut Peoples Temple "terobsesi dengan dosa dan penggambaran kehancuran akibat kiamat [atau apocalypse dalam bahasa Inggris]."
"Pada akhirnya, fokus Peoples Temple bukan keadilan ras atau sosialisme, tapi gabungan parodi berbau 'mesias' dari keduanya," tulis Naipul dalam studinya yang dikutip The Guardian.
Pada 1977, Jones memindahkan markas Peoples Temple ke daerah terpencil di pedalaman Guyana. Menurut Jones, di sana Peoples Temple dapat membangun masyarakat utopis tanpa pemerintah atau campur tangan media.
Peoples Temple lantas menyulap hutan lebat di salah satu sudut Guyana menjadi lahan agrikultur, di mana mereka bermukim. Mereka menamai daerah itu Jonestown.
Karena sudah merengkuh hati para pengikutnya, Jones dapat dengan mudah menyuruh anggota Peoples Temple melakukan apa pun.
AFP sempat merangkum pengakuan para pengikut Jones yang tak tahan karena disuruh menggunakan narkoba, menjadi budak seks, hingga dipaksa bekerja dari fajar sampai petang selama enam hari sepekan.
Jones juga menyuruh pengikutnya untuk mengikuti ritual "Malam Putih" setiap pekan. Dalam sesi itu, para pengikut Peoples Temple dan anak-anaknya harus menenggak racun palsu sebagai latihan.
"Bunuh diri akan menjadi jalan keluar terakhir kalian dari serangan tak terhindarkan pemerintah AS," demikian penjelasan Jones kepada para pengikutnya.
Kisah-kisah ini sampai ke telinga salah satu anggota Kongres AS, Leo Ryan. Ia akhirnya memutuskan untuk datang langsung ke Jonestown pada 17 November 1978.
Ketika bersiap pulang sehari kemudian, Ryan ditembak mati oleh pengikut Jones. Tak hanya Ryan, tiga jurnalis dan seorang anggota Peoples Temple yang ingin kabur juga dihabisi oleh para pengikut Jones.
Sementara itu, di Jonestown, Jones bercerita kepada para pengikutnya bahwa Ryan merupakan agen CIA dan Marinir AS yang ingin menyerang komunitas mereka.
Jones lantas mengajak para pengikutnya untuk bunuh diri. Ajakan itu terdengar dalam rekaman yang ditemukan di dekat badan Jones ketika aparat menggelar penyelidikan.
Bagaimana isi rekaman itu? Baca di halaman berikutnya >>>