Curhat Kapten Timnas Iran di Piala Dunia 2022: Warga Tak Bahagia

CNN Indonesia
Senin, 21 Nov 2022 17:38 WIB
Kapten Timnas Iran Ehsan Hajsafi menjadi pemain bola perdana negara itu yang terang-terangan mendukung demo anti-pemerintah buntut kematian Mahsa Amini. (Foto: AP/Francisco Seco)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kapten Tim Nasional Iran Ehsan Hajsafi mengungkapkan keprihatinannya tentang krisis politik yang dipicu demonstrasi besar-besaran anti-pemerintah di Iran saat ini. Solidaritas itu diutarakan Hajsafi di ajang Piala Dunia 2022 pada Minggu (20/11).

Hajsafi mengatakan sepenuhnya mendukung rakyat Iran dan mereka yang meninggal dunia akibat demonstrasi yang dipicu oleh kematian perempuan Kurdi, Mahsa Amini, pada September lalu itu. Dia mengakui kondisi negaranya sedang tidak baik-baik saja.

"Mereka (warga Iran) harus tahu bahwa kami bersama mereka. Dan kami mendukung mereka. Dan kami bersimpati dengan mereka terkait kondisi tersebut," kata Hajsafi dalam konferensi pers, seperti dikutip Reuters, Senin (21/11).

"Kami harus menerima bahwa kondisi di negara kami sedang tidak baik-baik saja dan rakyat kami tidak bahagia," ujar dia menambahkan.

Gelombang kerusuhan Iran meletus pada pertengahan September setelah kematian Amini terungkap saat ditahan polisi moral. Amini meninggal dalam penahanan polisi moral Iran setelah dianggap mengenakan hijab tidak sesuai aturan yang ada. 

Sejak itu, gelombang protes secara sporadis bermunculan di berbagai penjuru Iran.

Berbagai masyarakat Iran terutama perempuan turun ke jalan menentang perlakukan sewenang-wenang pemerintah terhadap wanita. Banyak anak perempuan turut melakukan protes di sekolah-sekolah dengan kompak melepas hijab mereka dan mengolok-olok Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.

Demo solidaritas terhadap kematian Amini ini pun bermunculan hingga ke luar negeri, terutama negara Eropa.

Kantor berita aktivis HRANA pada Jumat melaporkan sejauh ini setidaknya sebanyak 410 pengunjuk rasa tewas selama demonstrasi berlangsung. Korban yang tewas termasuk 58 anak di bawah umur.

Selain Hajsafi, pemain timnas Iran lainnya sejauh ini menghindari membahas politik di depan umum.

Beberapa pemain seperti Karim Ansarifard dan Morteza Pouraliganji pada Jumat menolak menjawab pertanyaan wartawan terhadap solidaritas perempuan di Iran.

Pada Kamis, Alireza Jahanbakhsh, yang bermain untuk klub Belanda Feyenoord, menuding pertanyaan semacam itu diajukan untuk mengacaukan fokus timnas Iran.

Sejumlah aktivis pun kecewa terhadap timnas karena tidak berbuat banyak terkait kondisi di Iran.

Sebuah postingan di media sosial, yang belum bisa diverifikasi Reuters, mengatakan bahwa "tidak peduli apa hasil yang didapat tim Republik Islam (Iran), kami akan berkumpul di jalan-jalan untuk merayakan kekalahan tim Republik Islam sambil meneriakkan slogan-slogan revolusioner."

Dalam sebuah video yang beredar di media sosial, tampak spanduk timnas Iran dibakar di Teheran.

"Kami ada di sini bukan berarti kami tidak menjadi suara mereka atau tidak menghormati mereka (para pedemo yang gugur)," ucap Hajsafi berupaya membela timnas Iran.

"Apapun yang kami miliki adalah dari mereka dan kami harus berjuang, kami harus melakukan yang terbaik yang kami bisa dan mencetak gol dan mewakili rakyat. Saya berharap kondisi berubah sesuai harapan masyarakat."



(blq/rds)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK