KILAS INTERNASIONAL

Kisah MbS Rebut Takhta Putra Mahkota sampai AS Tak Ucap Duka ke China

CNN Indonesia
Jumat, 02 Des 2022 06:39 WIB
Cerita perebutan takhta Putra Mahkota Arab Saudi kembali menjadi sorotan lantaran mengungkap kudeta kejam yang dilakukan Pangeran MbS terhadap sepupunya.
Pangeran MbS (kiri) saat masih menjadi wakil Putra Mahkota mendampingi sepupunya, Pangeran bin Nayef (kanan). (Foto: AFP via Getty Images/FAYEZ NURELDINE)
Jakarta, CNN Indonesia --

Cerita eks Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Nayef, dipaksa menyerahkan takhta oleh Pangeran Mohammed bin Salman (MbS) menjadi sorotan berita internasional pada Kamis (1/12).

Ucapan duka negara-negara atas kepergian eks Presiden China Jiang Zemin yang meninggal dunia di usia 96 juga menjadi sorotan berit dunia kemarin.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut kilas berita internasional:

AS sampai Inggris Tak Ucap Duka Eks Presiden Meninggal ke China

Amerika Serikat, Inggris, dan India tak menyampaikan belasungkawa atas kepergianmantan presiden China, Jiang Zemin, yang meninggal dunia di usia 96 pada Rabu (30/11).

Saat sesi rapat di Dewan Keamanan PBB pada Rabu waktu New York, sejumlah delegasi negara mengucapkan belasungkawa kepada China sebelum menyampaikan pidato dalam pertemuan. Namun, perwakilan AS, Inggris, dan India dalam rapat itu tidak melakukannya.

[Gambas:Video CNN]

Australia Wanti-wanti Nelayan RI Tak Curi Ikan: Tak Patuh Bisa Ditahan

Badan Manajemen Perikanan Australia (AFMA) memperingatkan nelayan Indonesia agar tak menangkap ikan secara ilegal di wilayah perairan Negeri Kanguru.

Manajer Kepatuhan Operasi Internasional AFMA, Lydia Woodhouse, menegaskan bahwa nelayan Indonesia harus mematuhi ketentuan di MoU Box. Berdasarkan MoU Box, nelayan Indonesia menangkap ikan di perairan Australia, tapi terbatas di area 50.000 km2 di Laut Timor.

"Kami hanya ingin agar nelayan-nelayan dari Indonesia memahami aturan hukum internasional yang telah disepakati oleh Indonesia dan Australia berkaitan denganMoU Box itu," kata Woodhouse di Desa Papela, Rote Timur, Rote Ndao.

Kisah Pangeran Saudi Dipaksa MbS Lepas Gelar Putra Mahkota bak Mafia

Pangeran Arab Saudi Mohammed bin Nayef tak pernah menyangka statusnya sebagai penerus takhta kerajaan bisa lenyap begitu saja hanya dalam semalam.

Pangeran Nayef mengemban gelar Putra Mahkota Saudi pada 2015. Namun, pada Juni 2017, Raja Salman mencopot Nayef, keponakannya, dari jabatan Putra Mahkota dan menggantinya dengan sang anak, Mohammed bin Salman(MbS).

Pada 21 Juni 2017,Press Agency mengkonfirmasi 31 dari 34 anggota Dewan Kesetiaan Arab Saudi memilih MbS sebagai putra mahkota menggantikan Nayef. Sejumlah pihak telah mengendus upaya "kudeta" ini.

Melansir The Telegraph, perubahan suksesi kerajaan Saudi ini juga telah diprediksi sejak Desember 2015 oleh sebuah memo publik yang sangat blak-blakan diterbitkan oleh Badan Intelijen Federal Jerman.

Kondisi Terkini Eks Putra Mahkota Saudi bin Nayef usai Ditangkap MbS

Keberadaan eks Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Nayef tidak pernah diketahui lagi secara pasti setelah gelar pewaris takhta kerajaan dicopot dari dirinya pada Juni 2017 lalu.

Sejak dicopot sebagai Putra Mahkota Saudi, Pangeran Mohammed bin Nayef tak pernah terlihat lagi di publik. Sejumlah laporan, termasuk dari intelijen AS, memaparkan Pangeran Mohammed bin Nayef hingga kini masih menjadi tahanan rumah setelah melepaskan gelarnya sebagai putra mahkota.

Menurut sumber kepada New York Times, Pangeran Mohammed bin Nayef menjadi tahanan rumah sampai Maret 2020.

Di masa awal penahanannya, Pangeran Mohammed bin Nayef ditahan di sel isolasi, dilarang tidur hingga digantung terbalik di pergelangan kakinya, menurut dua orang yang diberi pengarahan tentang situasinya yang berbicara dengan syarat anonim karena sensitivitas masalah tersebut.



(tim/rds)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER