Di kamp pelatihan Yeoncheon, tempat Jin mendaftar, para peserta bakal tidur beralaskan tikar di lantai pada sebuah kamar dengan kapasitas 30 orang. Selama di sana, mereka akan belajar cara menggunakan senjata dan menembakkan peluru tajam sebelum menjalani patroli skenario masa perang yang berat.
Jin BTS harus menjalani wajib militer di perbatasan saat musim dingin yang cukup ekstrem, di mana suhu bisa turun di bawah -20C.
Dikutip BBC, seorang kadet menuturkan hal paling menantang yang mereka hadapi selama di kamp pelatihan adalah disekap di kamar gas untuk merasakan efek gas CS dan harus meledakkan granat aktif.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
"Saya sangat gugup memegang granat dan terkejut mengetahui betapa kuatnya granat itu," kata seorang pria Korsel yang sempat menjalani pelatihan di kamp tersebut saat menjalani wamil tahun lalu, Yang Su-yeon.
"Itu menuntut secara fisik, tetapi secara mental tidak apa-apa. Semua sersan pelatih ramah. Beberapa kali saya melihat tentara Korea Utara dipukuli, ditendang atau ditampar (diperbatasan mereka)," kata Yang lagi.
Yang mengatakan menyaksikan tentara Korut membuatnya merasa bersyukur atas pengalamannya sendiri.
![]() Fans memegang foto Jin BTS di depan unit pelatihan militer di Yeoncheon pada 13 Desember 2022. (Photo by Jung Yeon-je / AFP) |
"Ketika saya melihat apa yang harus mereka lakukan, saya menyadari, 'Wow, saya jauh lebih nyaman.' Saya akan merasa kasihan pada mereka."
Seorang eks tentara garis depan Korsel sempat bercerita kepada NK News bahwa realitas kehidupan militer di depan gerbang Korea Utara lebih rumit dari pada yang terlihat. Ini menimbulkan tantangan yang lebih besar.
"Unit-unit perbatasan selalu perlu waspada terhadap aktivitas militer Korea Utara, seperti penyusupan, dan harus siaga mengambil tindakan segera dalam keadaan darurat," kata Kolonel Jee Hong-Ki pensiunan tentara ROK, yang memegang posisi senior di unit-unit perbatasan.
"Ada perbedaan besar antara unit di zona demiliterisasi (DMZ) dan unit non-DMZ," lanjutnya. "Unit DMZ dalam siaga tinggi setiap saat. Ini berarti mereka memiliki hari libur yang lebih sedikit dibandingkan dengan pasukan lainnya."
Sementara itu, Hwang Kyung-Yoon, pernah ditempatkan di pos militer yang letaknya 1,5 km kurang dari pos penjagaan Korut saat dia menjalani wajib militer di Brigade Infanteri ke-38 Korsel. Dia mengingat masa-masa itu sebagai "melelahkan secara fisik dan mental" tetapi "bermakna".
"Bertugas di garis depan adalah kesempatan langka bagi saya untuk mengamati tentara Korut. Banyak pikiran terlintas di benak saya saat bekerja di dataran tinggi tempat pertempuran paling berdarah terjadi selama Perang Korea," paparnya.
(rds/bac)