Seorang perempuan Israel mengaku menjadi korban pemerkosaan seorang pendeta top Yahudi alias rabi. Namun, ia meradang karena aduannya tak diselidiki lebih lanjut.
"Saya tak meminta mereka percaya kata-kata saya, hanya dengarkan saya dan berhenti mencegah korban berbicara," ujar warga bernama Nehama Teena itu kepada AFP.
Teena jengkel karena ia sebenarnya sudah mengeluhkan masalah pemerkosaan itu sejak Agustus lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat itu, ia menggemparkan komunitas Yahudi Ortodoks karena mengaku menjadi korban pemerkosaan seorang rabi Yahudi kenamaan berusia 84 tahun, Zvi Thau.
Teena mengungkap langsung kisahnya di satu unggahan di Facebook. Dalam unggahan itu, Teena mengaku sudah menjadi korban pemerkosaan Thau sejak masih kecil.
Pengakuan membuat gempar karena Thau merupakan pemimpin salah satu pusat studi Yahudi paling berpengaruh, Har Hamor.
Thau juga merupakan pemimpin spiritual Noam, partai anti-LGBT yang merebut satu kursi parlemen dalam pemilihan umum pada November lalu.
Nama Noam di kancah politik Israel sudah diperhitungkan. Noam bahkan menjalin kesepakatan dengan Benjamin Netanyahu untuk mendukung pemerintahan perdana menteri terpilih tersebut.
Di tengah kehebohan ini, Thau tak mau memberikan komentar.
Geram karena Thau terus bungkam, Teena sampai-sampai pernah menyambangi langsung sang rabi di depan kantor Har Hamor.
"Tak mudah bagi saya untuk datang ke sini," ujar Teena.
"Saya merupakan bagian dari komunitas ini selama lebih dari 15 tahun. Saya menikah dengan pria dari komunitas ini dan anak saya belajar di institusinya."
Meski sulit melangkahkan kaki untuk memprotes langsung Thau, Teena tetap melakukannya.
Ia bukan hanya menuntut keadilan untuk diri sendiri, tapi juga demi beberapa orang lainnya yang mengaku menjadi korban Thau.
Selain untuk menuntut keadilan, Teena juga menganggap tindakannya ini sebagai bagian dari penerapan hukum Taurat, yaitu membantu orang yang lemah dan di bawah ancaman.
"Ada orang yang menderita. Ini benar-benar soal hidup dan mati," katanya.