Meski status pelindung situs suci di Yerusalem telah disepakati Israel-Yordania, Tel-Aviv dan Amman kerap bertikai. Yordania menuduh Israel melanggar perjanjian karena mengatur aktivitas warga beribadah di Yerusalem, kota suci bagi tiga agama: Islam, Kristen, dan Yahudi.
Pasukan Israel juga kerap membatasi dan melakukan kekerasan terhadap umat Muslim yang tengah beribadah di Masjid Al-Aqsa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tindakan keras Israel, bagaimanapun, memicu pertanyaan di mana Yordania selaku penjaga situs suci.
Menurut laporan CNN, meski menyandang status perwalian, Yordania tak memberi kendali atas pergerakan di dalam dan sekitar situs di Yerusalem. Kota itu tetap berada di bawah kendali Israel dan kerajaan Yordania tak punya pasukan di sana.
Beberapa ahli menilai peran pelindung yang dipegang Yordania hanya simbolis.
"Karena masjid berada di wilayah pendudukan, di mana Israel memutuskan dan mengontrol segalanya, dan itulah sumber masalahnya," ujat peneliti dari Stimson Center yang berbasis di Washington DC, Amer Al Sabaileh.
Ia menilai model perwalian perlu direvisi sebelum menjadi masalah besar bagi Yordania. Terutama, saat Israel menormalisasi hubungan dengan negara Arab.
Pertanyaan soal peran dalam menjaga tempat suci Yerusalem mungkin muncul, dan Yordania perlu memanfaatkan nilai statusnya di sana.
Israel sejauh ini berusaha mendekat Saudi agar bersedia normalisasi. Tel Aviv disebut-sebut memberikan tawaran penjaga Yerusalem, jika Riyadh mau membangun hubungan dengan Negara Yahudi itu.
Namun, bagi Yordania menjadi penjaga merupakan perang signifikan.
Mantan Menteri Luar Negeri Yordania sekaligus eks Duta Besar pertama untuk Israel, Marwan Muasher, mengatakan perwalian penting bagi Yordania karena berakar pada sejarah dan sebagai sumber legitimasi.
(isa/rds)