Menanggapi insiden penembakan itu, Presiden AS Joe Biden mendesak Kongres untuk meloloskan undang-undang yang melarang senjata serbu dan magasin berkapasitas tinggi.
Selain itu, ia juga mendesak aturan untuk menaikkan usia pembelian senjata dari 18 tahun menjadi 21 tahun.
"Mayoritas warga Amerika sepakat dengan aski ini. Tak ada tanggung jawab lebih besar dari pada melakukan apa yang bisa kita lakukan untuk menjadi keamanan anak-anak kami, masyarakat kami, dan bangsa kami," ujar Biden pada Senin (23/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam dua tahun terakhir masa pemerintahan Joe Biden, kasus penembakan di AS mencapai lebih dari 600 kasus.
Pada 2021 ada 690 kasus penembakan, dan pada 2022 dilaporkan ada 647 kasus penembakan.
Sementara itu, menurut laporan Everytown, dari 2015 hingga 2020 setidaknya ada 2.070 penembakan tak disengaja oleh anak-anak di bawah 18 tahun di AS.
Dalam laporan lain, JAMA Network Open, menyebut selama tiga dekade terakhir, total lebih dari 1 juta nyawa hilang akibat penembakan.
Para peneliti juga menyatakan rata-rata kematian akibat penembakan meningkat dalam beberapa tahun terakhir, terutama saat pandemi Covid-19.
Menurut mereka, tingkat pembunuhan untuk setiap 100 ribu kulit hitam berusia 20 hingga 24 tahun mencapai 142 jiwa pada 2021.
Menurut laporan Small Arms Survey yang berbasis di Swiss, ada sekitar 393 juta kepemilikan senjata di AS. Artinya, ada 120 senjata untuk setiap 100 warga AS.
(isa/bac)