Oposisi Sebut Erdogan Cari-cari Masalah di NATO Demi Pilpres Turki
Oposisi hingga pengamat menyebut Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sengaja cari masalah yang berkaitan dengan NATO demi pemilihan presiden (Pilpres) pada Mei.
Tak lama usai pembakaran salinan Al Quran di Stockholm, Erdogan langsung lantan bersuara. Ia sampai-sampai mengatakan Swedia tak perlu lagi berharap dukungan dari negaranya untuk bisa masuk NATO.
Lihat Juga : |
Meral Aksener selaku pemimpin partai oposisi, Partai Baik (IYI), mengatakan Erdogan meraup untung dari masalah tersebut.
"Erdogan dan rekan-rekannya ingin menggunakan kebijakan luar negeri secara umum untuk keuntungan politik dalam negeri," kata Aksener, seperti dikutip Reuters, Kamis (25/1).
Berdasarkan jajak pendapat, popularitas Erdogan menurun usai Turki mengalami inflasi hingga 85 persen.
Dari hasil survei, elektabilitas Erdogan juga menurun, dan tertinggal dari calon penentang presiden lain termasuk pemimpin Partai Rakyat Republik (CHP) Kemal Kilicdaroglu.
Untuk mendapat kembali dukungan, sejumlah pengamat meyakini Erdogan memanfaatkan kebijakan luar negeri, termasuk soal NATO.
Ketua jajak pendapat Metropoll, Ozer Sencar, mengatakan Erdogan mencari dukungan dengan memperkuat kebijakan luar negeri dan masalah keamanan jelang pemilihan umum.
Erdogan, lanjut dia, menciptakan penggambaran pemimpin yang kuat di Turki.
"Jika Anda menemukan masalah keamanan, maka orang-orang bersatu di belakang pemimpin yang kuat," ujar Sencar.
Sementara itu, pengamat dari Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Luar Negeri Sinan Ulgen mengatakan terkait NATO adalah masalah non-partisan.
"Kali ini partai penguasa dan oposisi memiliki posisi yang sama dalam masalah [dua negara Nordik dalam NATO] itu. Jadi, sepertinya tak menjadi topik politik dalam negeri," ungkap Ulgen.
Swedia dan Finlandia merupakan negara yang ingin bergabung dengan NATO. Namun, langkah mereka terhalang Turki yang tak merestui kedua negara ini masuk ke aliansi militer.
Langkah mereka semakin sulit usai insiden pembakaran salinan Al Quran dari politikus sayap kanan Swedia.
Sebetulnya hubungan Turki dengan Swedia sudah lama tak harmonis. Begitu juga relasi Turki dengan Finlandia.
Lihat Juga : |
Erdogan menganggap Swedia dan Finlandia masih mendukung kelompok yang masuk dalam daftar teroris versi Ankara seperti Partai Pekerja Kurdistan (PKK).
Ia bahkan menuntut Swedia dan Finlandia agar merepatriasi aktivis PKK jika ingin mendapat restu Turki untuk masuk NATO.
(isa/bac)