Profil Partai Stram Kurs Milik Paludan Politikus yang Bakar Al Quran

CNN Indonesia
Rabu, 01 Feb 2023 08:00 WIB
Partai Stram Kurs di Denmark menjadi sorotan usai pemimpinnya, Rasmus Paludan, memicu amarah publik terutama Muslim dunia karena membakar Al Quran.
Partai Stram Kurs atau Garis Keras didirikan oleh Rasmus Paludan pada 2017. (REUTERS/TT NEWS AGENCY)
Jakarta, CNN Indonesia --

Politikus ekstrem kanan Swedia-Denmark, Rasmus Paludan, masih menjadi sorotan usai menggelar aksi membakar Al Quran di Stockholm dan Copenhagen pada pekan lalu.

Paludan, yang memiliki kewarganegaraan ganda Swedia-Denmark itu, memang terkenal sebagai politikus yang anti-Islam dan anti-Imigran. Ia bahkan mendirikan partai berhaluan ekstrem kanan bernama Garis Keras atau Stram Kurs.

Bagaimana profil Stram Kurs?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Stram Kurs didirikan Paludan pada 2017 di Denmark. Partai ini kerap menyuarakan deportasi terhadap Muslim di Denmark.

Landasan filosofis partai ini adalah utilitarianisme etno-nasionalisme. Konsep ini fokus melindungi dan meningkatkan homogenitas etnis, budaya, agama, bahasa, dan normatif Denmark.

Kedua, pilar libertarian yang membayangkan peningkatan kebebasan dan hak individu. Prinsip ini bisa terwujud melalui pelarangan Islam dan deportasi besar-besaran.

Stram Kurs memiliki visi dan misi menegakkan larangan terhadap Islam, penghentian total imigrasi dari negara-negara non-Barat, dan deportasi semua Muslim dan sebagian besar kelompok imigran lainnya di Denmark.

[Gambas:Video CNN]

Menurut situs partai, hanya etnis asli Denmark dan mereka yang "diadopsi" akan diizinkan di negara itu, dengan pengecualian khusus untuk turis yang berkunjung, diplomat asing, dan pasangan asing yang memenuhi syarat "dengan latar belakang budaya Eropa Barat.

"Orang asing yang telah menerima kewarganegaraan Denmark melalui proses naturalisasi hukum harus dievaluasi kembali kewarganegaraannya, dengan asumsi akan dibatalkan. Orang asing yang mendapat suaka di Denmark, tentunya harus segera dideportasi, mengingat asas suaka sudah tidak berlaku lagi. Ini juga berlaku untuk keturunan mereka," bunyi pernyataan di situs resmi Stram Kurs.

Stram Kurs sempat menjadi sorotan saat partai ini untuk pertama kalinya ikut pemilihan umum (Pemilu) pada 2019.

Partai tersebut menerima 20 ribu tanda tangan dukungan supaya bisa terlibat dalam Pemilu, demikian dikutip The Guardian

Dukungan ini muncul setelah Paludan memainkan peran sentral dalam kerusuhan di distrik Norrebro di Copenhagen. Saat itu, ia melempar kitab yang diduga Al Quran dan membiarkan jatuh ke tanah.

Untuk bisa lolos dan duduk di parlemen, Stram Kurs harus melewati ambang batas 2 persen perolehan suara nasional dalam Pemilu, atau mendapat kursi di distrik.

Namun, Stram Kurs hanya mendapat perolehan suara sebesar 1,8 persen, tak cukup melewati ambang batas.

Stram Kurs pernah mengikuti pemilihan umum lokal di enam kota Denmark pada 2017, tetapi gagal menerima lebih dari 200 suara di kota mana pun. Hal ini mencegah partai mendapatkan kursi di dewan perwakilan mana pun.

Partai ini juga tidak berhasil memenangkan pemilihan umum di dua wilayah di Denmark.

Tidak jelas berapa jumlah anggota Stram Kurs. Partai tersebut tidak memiliki cabang lokal atau regional dan para petinggi partai ditunjuk langsung oleh Paludan, tidak melalui pemilihan internal partai seperti kebiasaan partai politik lainnya di Denmark.

[Gambas:Video CNN]



(isa/rds)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER