Rusia Disebut 'Culik' 6.000 Anak Yatim Ukraina ke Kamp Reedukasi

CNN Indonesia
Kamis, 16 Feb 2023 06:33 WIB
Rusia disebut 'menculik' 6.000 anak yatim Ukraina untuk mengirim mereka ke kamp reedukasi sejak melancarkan invasi pada 2022 lalu.
Ribuan anak yatim piatu Ukraina tercerai berai akibat perang. (REUTERS/EDGAR SU)
Jakarta, CNN Indonesia --

Rusia disebut 'menculik' 6.000 anak yatim Ukraina, berusia beberapa bulan hingga 17 tahun, dan mengirim mereka ke kamp reedukasi sejak melancarkan invasi pada 2022 lalu.

Menurut laporan Laboratorium Penelitian Kemanusiaan Yale (Yale Humanitarian Research Lab), pemerintah Rusia mengoperasikan 43 kamp yang menahan ribuan anak Ukraina sejak invasi. Fasilitas itu ada di sejumlah wilayah Rusia dan wilayah Ukraina yang diduduki Moskow seperti Crimea.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Total anak-anak tak diketahui dan kemungkinan lebih tinggi dari 6.000," demikian bunyi kutipan laporan itu.

Studi itu juga mengungkap upaya Moskow untuk merelokasi, mendidik kembali, dan terkadang melatih militer atau secara paksa mengadopsi anak-anak Ukraina.

Anggota Lab Penelitian Kemanusiaan Yale Nathaniel Raymond mengatakan semua tingkat di pemerintahan Rusia terlibat operasi itu. Ia juga menilai tindakan pejabat Moskow menggemakan alarm bahaya.

"Semua level pemerintah Rusia terlibat (kasus ini). Menganggap laporan ini Amber Alert [Darurat Penculikan Anak] yang kami keluarkan untuk anak-anak Ukraina," kata Raymond.

[Gambas:Video CNN]

Raymond juga mengatakan tujuan pertama kamp tersebut tampaknya untuk pendidikan ulang politik. Ia mencatat 32 fasilitas yang teridentifikasi mungkin terlibat pendidikan militer.

"[Fasilitas itu] terlibat dalam pendidikan ulang sistematis yang mengekspos anak-anak dari Ukraina ke bidang akademik, budaya, patriotik Rusia-sentris, dan dalam dua kasus, khususnya pendidikan militer," ukap Raymond.

Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS Ned Price mengatakan sistem relokasi paksa Rusia, pendidikan ulang dan adopsi anak-anak Ukraina adalah elemen kunci upaya Kremlin menolak dan menekan identitas, sejarah, dan budaya negara tetangganya.

"Dampak menghancurkan dari perang agresi Rusia yang gagal akan dirasakan untuk generasi mendatang," kata Price.

Kedutaan Besar Rusia di Washington menganggap laporan tersebut tak masuk akal dan tidak jelas. Moskow malah menuduh balik Washington terlibat dalam dugaan kematian anak-anak di wilayah Ukraina timur yang diduduki Rusia.

"Kami memperhatikan pernyataan konyol Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS Ned Price, yang menuduh negara kami melakukan 'pemindahan paksa dan deportasi anak-anak Ukraina' ke wilayah Federasi Rusia," demikian pernyataan Kedubes di Telegram seperti dikutip CNN.

Menurut Kedubes, Rusia menerima anak-anak yang terpaksa melarikan diri bersama keluarga dari penembakan dan kekejaman Angkatan Bersenjata Ukraina. Rusia, lanjutnya, melakukan yang terbaik untuk menjaga anak di bawah umur.

"Dan, jika orang tua dan kerabat tidak ada atau meninggal, untuk memindahkan anak yatim di bawah perwalian. Kami memastikan perlindungan hidup dan kesejahteraan mereka," lanjut pernyataan itu.



(isa/rds/bac/rds/bac)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER