Pada 2019, Mehrtens dan keluarga pindah ke Hong Kong. Saat itu ia bekerja untuk Cathay Dragon, anak perusahaan Cathay Pacific yang berhenti beroperasi pada 2020 karena pandemi Covid-19.
Mehrtens lalu kembali ke Susi Air. Dia menerbangkan pesawat melewati "jalur berbahaya" yakni landasan pacu jarak pendek di bukit curam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini menunjukkan betapa dia sangat sayang keluarga, karena rela menempatkan diri dalam risiko demi mendapat uang untuk menghidupi keluarganya," kata mantan sejawat Mehrtens yang enggan disebutkan identitasnya kepada Sydney Morning Herald.
"Phil adalah orang yang baik. Tak ada orang yang pernah bicara buruk tentang dia."
OPM lewat juru bicaranya Sebby Sambom baru-baru ini merilis kondisi pilot pesawat Susi Air Pilatus Porter PC 6/PK-BVY usai sepekan pasca penyanderaan.
Dalam salah satu video, Mehrtens menyampaikan pesan singkat bahwa dirinya disandera agar Papua bisa merdeka.
"Kelompok Papua menangkap saya dan mereka berjuang untuk kemerdekaan Papua. Mereka minta agar militer Indonesia pulang dan jika tidak mereka tetap menahan saya dan keselamatan saya akan terancam," kata Mehrtens.
Lihat Juga :![]() KILAS INTERNASIONAL Selandia Baru soal OPM Sebar Foto Pilot hingga Rusia Culik Anak |
Panglima Kodam XVII/Cenderawasih Mayjen M. Saleh Mustafa mengatakan tuntutan OPM yang menyandera pilot Susi Air sudah didengar pihaknya. Meski demikian, ia menyebut aparat gabungan TNI-Polri akan tetap mencari keberadaan pilot tersebut.
"Bahwa dalam video tersebut tuntutan gerombolan KST sudah kita dengar. Aparat TNI-Polri terus melakukan pencarian secara maksimal," kata Saleh dalam keterangan tertulis, Rabu (15/2).
TNI sendiri sempat membantah bahwa Mehrtens disandera OPM. Namun tak lama, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengonfirmasi Mehrtens memang diculik kelompok tersebut.
"Sampai hari ini masih terjadi penyanderaan oleh sekelompok orang KKB di Papua, yang masih menyandera Kapten Pilot Philips Max Mehrtens yang belum dilepas," kata Mahfud dalam konferensi pers, Selasa (14/2).
Menanggapi penyanderaan warganya, pemerintah Selandia Baru menyatakan telah mengetahui foto dan video Mehrtens yang dirilis OPM. Namun mereka memilih tak memberikan komentar.
"[Kami] mengetahui foto dan video yang beredar, tetapi kami tak akan berkomentar lebih jauh soal ini," demikian pernyataan kementerian itu kepada CNN, Rabu (15/2).
CNNIndonesia.com sudah menghubungi Kedutaan Besar Selandia Baru di Jakarta untuk meminta tanggapan terkait penyanderaan Mehrtens. Namun, mereka tak segera memberi komentar.
(blq/bac)