Sementara itu, pengamat politik sekaligus sosiolog Universitas Negeri Jakarta, Ubedilah Badrun, menilai seruan Benny cerminan perpecahan di antara gerakan Papua merdeka.
"Saya mencermati seruan Benny Wenda, itu menunjukkan bahwa Gerakan Papua Merdeka tidak sesolid yang kita bayangkan. Sebab, gerakan Papua merdeka yang menggunakan cara-cara milisi ternyata tidak memiliki efektifitas dan soliditas gerakan," ujar Ubedilah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Koordinasi antar sayap gerakan, lanjutnya, terlihat tak berjalan efektif. Ini terbukti dari pengakuan Benny yang mengatakan tindakan OPM pimpinan Egianus Kagoya dan kawan-kawannya di luar kendali.
Ubedilah juga tak menampik seruan Benny terkait kedekatan khusus OPM dengan Selandia Baru.
"Narasi Benny Wenda itu menunjukan kedekatan atau setidaknya ada kemungkinan komunikasi intensif antara Benny Wenda dengan pihak Selandia Baru," kata dia.
Pengamat itu mengutip pernyataan Benny yang menganggap Selandia Baru adalah kawan dan pendukung kuat kelompoknya.
"Kami tak bermusuhan [dengan Selandia Baru]. [Hubungan] kami sangat baik," kata Benny, seperti dikutip Radio New Zealand (RNZ).
Sejumlah politikus Selandia Baru memang memiliki riwayat mendukung kemerdekaan Papua Barat. Sebagai contoh, sebanyak 11 anggota parlemen menandatangani Deklarasi Westminster saat Benny berkunjung ke negara itu pada 2017.
Deklarasi Westminster diluncurkan pada 2016. Pernyataan ini berisi agar hak penentuan nasib Papua Barat diakui secara hukum melalui pemungutan suara.
Para politikus itu yakni Catherine Delahunty, Mojo Mathers, Jan Logie, dan Steffan Browning, dari Partai Hijau; Louisa Wall, Carmel Sepuloni, Adrian Rurawhe, dan Aupito S'ua William Suo dari Partai Buruh.
Kemudian Adrian Rurawhe dari partai Nasional Chester Burrows dan Marama Fox dari Partai Maori.
"Sejumlah anggota parlemen menandatangani deklarasi, yang seperti Anda ketahui menyerukan referendum, diawasi secara independen oleh PBB untuk didiskusikan warga Papua Barat dan mengidentifikasi pandangan mereka soal penentuan nasib sendiri," kata Delahunty, seperti dikutip Pacific Media Center.
CNNIndonesia.com telah menghubungi kedutaan besar Selandia Baru di Jakarta dan Kementerian Luar Negeri Selandia Baru untuk mengonfirmasi klaim Benny Wenda bahwa Wellington mendukung Papua Barat. Namun, hingga berita ini terbit, pihak Selandia Baru belum merespons permintaan tanggapan CNNIndonesia.com.
Pilot asal Selandia Baru itu menjadi sorotan usai disandera OPM sejak 7 Februari lalu. Ia dilaporkan menghilang tak lama setelah kelompok tersebut membakar pesawat Susi Air di Nduga.
Beberapa hari kemudian pemerintah Indonesia mengonfirmasi bahwa Mehrtens disandera OPM.
Belakangan, Indonesia sudah mengetahui titik koordinat pilot Susi Air itu. Namun, sejauh ini aparat belum melakukan tindakan pembebasan karena Selandia Baru meminta tak ada kekerasan saat operasi pembebasan warganya.
(isa/bac)