Turki Restui Finlandia Masuk NATO, Bagaimana dengan Swedia?
Turki akhirnya menyetujui Finlandia bergabung dengan Aliansi Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Namun, pemerintah Ankara tampaknya masih menyalakan lampu merah bagi Swedia.
Parlemen Turki dengan suara bulat mendukung keanggotaan Finlandia pada Kamis (30/3). Voting tersebut juga merupakan janji Presiden Recep Tayyip Erdogan untuk mengizinkan Helsinki masuk aliansi militer itu.
Sementara itu, Presiden Finlandia Sauli Niinisto mengatakan negara Nordik tersebut siap bergabung dengan NATO.
"Semua anggota NATO sekarang telah meratifikasi keanggotaan Finlandia. Saya ingin berterima kasih kepada mereka semua atas kepercayaan dan dukungan mereka," ujar Niinisto, seperti dikutip dari CNN.
Finlandia, lanjut dia, akan menjadi sekutu yang kuat dan cakap, berkomitmen bagi NATO.
Tak hanya Turki, Hungaria juga memberikan suara untuk Finlandia.
Pada Senin, parlemen Hungaria memberikan 182 suara untuk mendukung pengajuan Finlandia menjadi anggota NATO. Ini artinya, Helsinki telah menyelesaikan seluruh proses aksesi.
Lihat Juga :KILAS INTERNASIONAL Kim Eksekusi Warga Korut Kepergok Ibadah hingga Armenia Larang Putin |
Niinisto lantas menyinggung Swedia yang diharapkan bisa segera bergabung dengan blok itu.
"Kami berharap bisa menyambut Swedia untuk bergabung dengan kami secepat mungkin," kata Niinisto.
Swedia hingga kini masih belum mendapat restu Turki. Erdogan sebelumnya mengatakan pemerintah bakal menyetujui anggota mereka, jika Swedia mengekstradisi anggota Partai Pekerja Kurdistan.
Turki melabeli organisasi itu sebagai kelompok teroris. Namun, Swedia berulang kali menyatakan permintaan itu tak akan terjadi untuk saat ini. Dengan demikian, proses ratifikasi negara Nordik tersebut terhenti.
Untuk menjadi anggota NATO, semua anggota harus memberikan persetujuan. Namun, mereka juga punya hak menolak.
Turki merupakan anggota NATO yang kuat dan penting secara wilayah strategis. Negara itu bertindak sebagai penyangga Barat dengan Timur Tengah.
Fakta bahwa Turki bergabung dengan NATO usai tiga tahun berdiri menjadi nilai tersendiri dan menambah pengaruh.
Namun, sejak di bawah kepemimpinan Erdogan, Turki menjadi negara yang dianggap cukup merepotkan.
Ia tak setuju sekutu dalam sejumlah masalah, termasuk Suriah dan Libya. Erdogan juga pernah menentang penunjukan Anders Fogh Rasmussen sebagai kepala NATO.
(isa/bac)