Staf Umum Rusia memastikan tak punya rencana mengerahkan gelombang kedua mobilisasi tentara cadangan ke Ukraina karena jumlah yang sekarang dianggap cukup.
Pernyataan itu terlontar dari kepala departemen organisasi dan mobilisasi Staf Umum Rusia, Laksamana Muda Vladimir Tsimlyansky.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya ingin memastikan kepada Anda Staf Umum berencana tak menggelar gelombang kedua mobilisasi," ungkap Tsimlyansky, saat konferensi pers, seperti dikutip TASS, Jumat (31/3).
Ia kemudian berujar, "Jumlah tentara cadangan yang sekarang dan orang-orang yang menjadi relawan untuk berpartisipasi di operasi khusus ini cukup untuk memenuhi tujuan."
Menurut dia, jumlah warga yang bergabung dengan Angkatan Bersenjata Rusia telah meningkat secara signifikan.
Berdasarkan draf Rusia, wajib militer seharusnya berlangsung April hingga Juli dengan total 147 ribu orang.
Menurut media lokal Ukraina, wamil itu juga bertepatan dengan mobilisasi tentara cadangan.
Lihat Juga :![]() KILAS INTERNASIONAL Kim Eksekusi Warga Korut Kepergok Ibadah hingga Armenia Larang Putin |
Mobilisasi parsial pertama Rusia diumumkan pada September 2022. Ketika itu, Presiden Vladimir Putin mengatakan bakal mengerahkan 300 ribu tentara untuk membantu pasukan dia di Ukraina.
Pengumuman itu memicu kecaman dan penolakan bahkan dari warga Rusia. Banyak dari mereka kabur ke luar negeri agar tak dikerahkan ke medan perang.
Kemudian pada November, Putin mengatakan mobilisasi tentara cadangan mencapai 318 ribu personel. Dari jumlah tersebut, sebanyak 49 ribu di antaranya sudah berada di zona perang.
"Kami sudah memiliki 318 ribu. Mengapa 318 ribu? Karena suka relawan berdatangan. Jumlah sukarelawan tak berkurang," ujar Putin kepada wartawan pada November, seperti dikutip CNN.
Namun, berdasarkan sejumlah laporan banyak tentara yang dimobilisasi tak memiliki pengalaman militer. Mereka bahkan tak mendapat pelatihan intensif.
(isa/bac)