Warga Miskin Paling Menderita Gelombang Panas Ekstrem di Bangladesh

CNN Indonesia
Jumat, 28 Apr 2023 08:17 WIB
Warga miskin di ibu kota Bangladesh, Dhaka, yang paling menderita merasakan gelombang panas ekstrem.
Kota Dhaka Bangladesh semakin panas setiap tahun. (Mamunur Rashid/NurPhoto via Getty Images)

Peneliti postdoctoral dari Australia's University of New South Wales Md Imran Hosen luas area pembangunan Dhaka hingga 67 persen antara 1993 hingga 2020.

Pembangunan itu menutupi dataran rendah, ruang hijau terbuka dan serapan air. Hal itu mengakibatkan kehilangan ruang hijau sebesar 56 persen hanya dalam tiga dekade terakhir.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bangunan beton dan aspal semakin menyerap panas menciptakan "pulau panas". Kondisi itu menyebabkan temperatur di kota lebih tinggi beberapa derajat Celsius dibandingkan wilayah sekitarnya yang lebih hijau.

Dalam rentang 1993 hingga 2020, temperatur di Dhaka meningkat sebesar 6,43 derajat Celsius atau 0,24 derajat Celsius per tahun berdasarkan studi dari Hosen.

Musim panas tahun lalu, temperatur di Dhaka naik drastis dalam tiga bulan beruntun dengan rata-rata temperatur tertinggi pada Agustus.

Hosen kemudian mengatakan saat ini sekitar 60-70 persen penduduk mengalami stres akibat kegerahan.

Orang-orang miskin yang tinggal di bawah atap seng mengalami penderitaan akibat cuaca panas yang tak bisa ditoleransi. Namun, suhu udara begitu cepat turun pada malam hari. Sementara suhu udara di gedung-gedung bertingkat sedikit sekali mengalami penurunan sehingga menciptakan malam yang panas.

(bac)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER