Pemilihan umum (Pemilu) Turki menjadi sorotan dunia, apalagi berlanjut ke putaran kedua.
Pertarungan calon presiden petahana Recep Tayyip Erdogan dan Kemal Kilicdaroglu pun kian sengit.
Lihat Juga :![]() KILAS INTERNASIONAL Kilicdaroglu Kesal Capres Kalah Dukung Erdogan hingga AS Curiga Wagner |
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejumlah pengamat menilai Erdogan bakal menang, tetapi Kilicdaroglu percaya diri bisa menaklukkan presiden petahana. Putaran kedua berlangsung pada 28 Mei.
Di putaran pertama, Erdogan mendapat 49,51 persen suara, sementara Kilicdaroglu 44,88 persen.
Terlepas dari itu, apa yang terjadi jika Kilicdaroglu jadi presiden Turki?
Sebagian warga Turki dan pengamat Barat meyakini jika Kilicdaroglu menang, negara itu bakal demokratis, sejahtera, siap menjadi anggota Uni Eropa, dan lebih akrab dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Di bawah kekuasaan Erdogan, Turki menjadi negara yang jauh dari demokrasi. Ia kerap membungkam oposisi bahkan memenjarakan siapa saja yang menentang pemerintahannya.
Sementara itu, pengamat kajian Timur Tengah dari Universitas Indonesia, Sya'roni Rofii, mengatakan akan banyak perubahan di sisi domestik dan internasional.
Di bidang domestik, Kilicdaroglu bersumpah akan mengubah sistem pemerintahan era Erdogan yang mengekang Turki dan lebih demokratis.
"Dalam kampanyenya selama ini, koalisi Millet Ittifaq [Aliansi Nasional] memiliki program mengubah semua kebijakan Presiden Erdogan. Mulai dari perubahan sistem presidensial kembali ke parlementer," ujar Sya'roni kepada CNNIndonesia.com, Selasa (23/5).
Namun, sejumlah pihak memandang langkah Kilicdaroglu membersihkan warisan Erdogan bakal sulit.
Erdogan dan partai yang dipimpin, Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP), telah melubangi institusi politik untuk memastikan kekuasaan mereka.
"Membuat perubahan mendasar pada institusi politik Turki tak akan semudah mendesak dan mengandemen konstitusi dan legislatif," kata pengamat studi Timur Tengah dan Afrika, Steven A. Cook, di laporan Foreign Policy.
Demokrasi yang selama ini digaungkan 'musuh Erdogan' itu juga dianggap tak bisa meyakinkan banyak orang. Misalnya, janji untuk "memperkuat kebebasan berpikir, berpendapat dan berekspresi."
"Namun, tidak jelas apakah keterbukaan liberal baru ini akan meluas ke kaum nasionalis Kurdi dan Gulenis," kata Cook lagi.
Menyoal pengungsi, Kilicdaroglu juga akan memulangkan mereka ke negara asal. Salah satu janji dia, berkoordinasi dengan pemerintah Suriah untuk memulangkan pengungsi dari negara tersebut.
Lihat Juga : |
Hingga kini, lebih dari 3,7 juta warga Suriah mengungsi ke Turki imbas perang saudara. Selama ini, pemerintahan Erdogan disebut menjadikan pengungsi sebagai alat negosiasi dengan Uni Eropa (UE).
UE bersedia memberi bantuan dan akses visa Schengen dengan catatan Turki mampu mengurangi imigran ilegal Suriah yang menyeberang ke Eropa.
Lanjut baca di halaman berikutnya...