Ada dua hal di balik kesenjangan antara Uighur dan Hui bagi pemerintah China.
Alasan pertama adalah budaya. Seperti etnis mayoritas Han, Uighur juga punya keterikatan kuat dengan praktik budaya dan sangat mengutamakan sejarah panjang budaya mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Uighur disebut enggan berbaur dengan masyarakat Han, Sebagai gantinya, etnis Han menganggap Uighur sebagai 'kaum barbar' karena inferioritas mereka menimbulkan kebencian.
Sementara Hui, dianggap sebagai agama minoritas yang ideal bagi pemerintah China, terutama karena mudah berasimilasi dengan etnis mayoritas Han.
Masjid-masjid Hui sebagian besar adalah perpaduan harmonis antara arsitektur dinasti Tiongkok tradisional dengan motif-motif Islami.
Aspek lainnya yang memengaruhi posisi masyarakat Uighur dan Hui adalah ras. Diskriminasi ras mewarnai hubungan Uighur dan Han di China,
Banyak orang Han merasa tidak nyaman dengan Uighur, karena meyakini mereka sebagai pencuri dan fanatik agama.
Sebagian kesalahpahaman ini lantaran Han dianggap kurang mampu membedakan perbedaan antara kelompok minoritas Turki.
Akibatnya, ketika kejahatan dilakukan oleh orang Tajik, Kazakh, Kyrgyz, Uzbek, atau Tatar, Han kemungkinan besar akan menggambarkan pelaku kesalahan kepada pihak berwenang sebagai orang Uighur.
Namun, Hui berbaur bebas di lingkungan masyarakat. Penguasaan mereka terhadap bahasa Mandarin memberi 'legitimasi' bagi etnis Han.
Alasan kedua dan terpenting dalam kesenjangan perlakuan pemerintah bagi Uighur-Hui adalah teritorialitas. Uighur meyakini China melakukan pendudukan secara tidak adil di wilayah Xinjiang.
Sementara Hui hampir tak pernah menantang otoritas teritorial China. Hui cenderung jarang menunjukkan minat dalam hal politik, juga tak punya banyak pengalaman dalam pemerintahan.
(dna/bac)