Jakarta, CNN Indonesia --
Ibu dari empat bersaudara yang selamat dari kecelakaan pesawat dan terjebak 40 hari di Hutan Amazon, Kolombia, disebut sempat meminta keempat anaknya meninggalkan dia agar tetap hidup.
Permohonan pilu itu disampaikan Magdalena Mucutuy saat dirinya masih bertahan hidup selama empat hari pascakecelakaan. Putrinya yang memberitahukan pesan itu kepada Manuel Ranoque, suami sekaligus ayah keempat bocah.
"Putri saya memberitahu saya bahwa ibu mereka masih hidup selama empat hari," kata Ranoque, seperti dikutip The Guardian, Minggu (11/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebelum dia meninggal, dia berkata kepada mereka: 'Mungkin kalian harus pergi. Kalian akan melihat pria seperti apa ayah kalian. Dia akan menunjukkan kepada kalian cinta besar yang sama seperti yang telah aku tunjukkan kepada kalian.'"
Empat anak berusia 13 tahun, sembilan tahun, empat tahun, dan 11 bulan saat itu sedang bepergian dengan ibu mereka dari desa Amazon Araraquara ke San Jose del Guaviare ketika pesawat Cessna yang mereka tumpangi jatuh akibat gagal mesin pada 1 Mei dini hari.
Seekor anjing pelacak militer menemukan mereka pada Jumat (9/6) setelah keempatnya menghabiskan lebih dari sebulan bertahan di daerah penuh ular, nyamuk, serta hewan lainnya itu.
Paman buyut anak-anak itu, Fidencio Valencia, mengatakan anak-anak tersebut bertahan hidup dengan makan farina atau tepung singkong dan buah-buahan hutan hujan berdasarkan pengetahuan dari leluhur mereka.
[Gambas:Video CNN]
"Ketika pesawat jatuh, mereka mengambil farina (dari reruntuhan pesawat), dan dengan itu mereka selamat," katanya kepada wartawan di luar rumah sakit.
"Setelah farina habis, mereka mulai makan biji-bijian," tambah Valencia.
Keempat bocah itu selamat tak lain dari peran besar sang sulung, Lesly Jacobo Bonbaire (13), yang menjaga mereka tetap aman dan mendapat gizi dengan menggunakan pengetahuan mengenai hutan hujan yang telah diwariskan sang ibu kepadanya.
Waktu di masa-masa sulit itu juga menguntungkan anak-anak tersebut bertahan hidup, di mana kepala Institut Kesejahteraan Keluarga Kolombia Astrid Caceres mengatakan bahwa saat itu "hutan sedang panen" sehingga ada banyak buah yang bisa dimakan.
Damaris Mucutuy, bibi dari keempat bocah itu, mengatakan bahwa keponakannya saat ini dalam kondisi baik meski mengalami dehidrasi dan digigit serangga. Dia juga mengatakan mereka telah ditawari layanan psikologis.
Lanjut halaman berikutnya...
Pada 1 Mei lalu, pesawat baling-baling bermesin tunggal Cessna membawa tiga orang dewasa dan empat anak-anak, ketika pilot menyatakan keadaan darurat akibat kegagalan mesin. Pesawat kecil itu pun hilang dari radar beberapa saat kemudian.
Tim pencari menemukan pesawat pada 16 Mei di sepetak hutan hujan lebat dan menemukan mayat tiga orang dewasa di dalamnya. Namun, tak ada tanda-tanda keberadaan bocah-bocah itu.
Merasa mereka masih hidup, tentara Kolombia pun meningkatkan pencarian dan menerbangkan 150 tentara beserta anjing ke daerah tersebut. Puluhan relawan pribumi juga ikut bergabung dalam operasi penyelamatan.
Berbagai upaya dilakukan mulai dari menjatuhkan kotak makanan ke hutan dengan harapan bisa ditemukan anak-anak tersebut untuk membantu mereka bertahan hidup. Tim juga menerbangkan helikopter dan menembakkan suar untuk membantu pencarian di malam hari.
Tim penyelamat bahkan menggunakan pengeras suara yang menyiarkan pesan dari nenek mereka yang mengatakan bahwa keempatnya tak akan dilupakan dan meminta mereka berkumpul di satu tempat agar mudah ditemukan.
Selama pencarian panjang itu, tim menemukan petunjuk kecil berupa jejak kaki, botol bayi, popok, dan potongan buah yang telah tergigit yang membuat mereka percaya bahwa anak-anak Suku Huitoto itu masih hidup.
Jenderal Pedro Sanchez, yang bertanggung jawab atas upaya penyelamatan, mengatakan keempat bocah ditemukan lima kilometer jauhnya dari lokasi kecelakaan. Tim penyelamat, ujar dia, sudah melewati 20 hingga 50 meter dari tempat itu pada beberapa kesempatan namun tak menemukan mereka.
Sejumlah argumen pun muncul karena tim penyelamat tak bisa menemukan mereka lebih awal padahal sudah sangat dekat. Paman buyut mereka lantas menyebut bahwa anak-anak itu kemungkinan sangat ketakutan sehingga mereka bersembunyi dari para penyelamat.
"Mereka takut di luar sana, dengan anjing-anjing menggonggong," kata Valencia.
Kemungkinan, mereka takut pada kelompok pemberontak bersenjata yang menetap di hutan tersebut karena ayah mereka pernah diancam oleh anggota unit pembelot, yakni Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia.
Menurut Alicia Mendez, seorang jurnalis El Tiempo, anak-anak juga ketakutan mendengar suara nenek mereka yang menggelegar dari pengeras suara.
"Mereka mendengar pesan itu dan mereka takut. Mereka bersembunyi di semak-semak agar tidak ditemukan," kata Mendez.
"Setiap kali (tim penyelamat) dekat, mereka bersembunyi. Kami tidak tahu apa yang terjadi di kepala kecil mereka."
Selama berada di hutan belantara itu, mereka juga ditemani anjing penyelamat militer bernama Wilson, yang menjadi pemeran kunci dalam penemuan tersebut.
Kakak beradik itu mengatakan kepada para pejabat bahwa mereka telah menghabiskan waktu bersama Wilson namun anjing itu hilang.
Selain menemukan botol bayi, Wilson diduga telah meninggalkan jejak yang mengarahkan tim pencari ke lokasi anak-anak.