Pada 1 Mei lalu, pesawat baling-baling bermesin tunggal Cessna membawa tiga orang dewasa dan empat anak-anak, ketika pilot menyatakan keadaan darurat akibat kegagalan mesin. Pesawat kecil itu pun hilang dari radar beberapa saat kemudian.
Tim pencari menemukan pesawat pada 16 Mei di sepetak hutan hujan lebat dan menemukan mayat tiga orang dewasa di dalamnya. Namun, tak ada tanda-tanda keberadaan bocah-bocah itu.
Merasa mereka masih hidup, tentara Kolombia pun meningkatkan pencarian dan menerbangkan 150 tentara beserta anjing ke daerah tersebut. Puluhan relawan pribumi juga ikut bergabung dalam operasi penyelamatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berbagai upaya dilakukan mulai dari menjatuhkan kotak makanan ke hutan dengan harapan bisa ditemukan anak-anak tersebut untuk membantu mereka bertahan hidup. Tim juga menerbangkan helikopter dan menembakkan suar untuk membantu pencarian di malam hari.
Tim penyelamat bahkan menggunakan pengeras suara yang menyiarkan pesan dari nenek mereka yang mengatakan bahwa keempatnya tak akan dilupakan dan meminta mereka berkumpul di satu tempat agar mudah ditemukan.
Selama pencarian panjang itu, tim menemukan petunjuk kecil berupa jejak kaki, botol bayi, popok, dan potongan buah yang telah tergigit yang membuat mereka percaya bahwa anak-anak Suku Huitoto itu masih hidup.
Jenderal Pedro Sanchez, yang bertanggung jawab atas upaya penyelamatan, mengatakan keempat bocah ditemukan lima kilometer jauhnya dari lokasi kecelakaan. Tim penyelamat, ujar dia, sudah melewati 20 hingga 50 meter dari tempat itu pada beberapa kesempatan namun tak menemukan mereka.
Sejumlah argumen pun muncul karena tim penyelamat tak bisa menemukan mereka lebih awal padahal sudah sangat dekat. Paman buyut mereka lantas menyebut bahwa anak-anak itu kemungkinan sangat ketakutan sehingga mereka bersembunyi dari para penyelamat.
"Mereka takut di luar sana, dengan anjing-anjing menggonggong," kata Valencia.
Kemungkinan, mereka takut pada kelompok pemberontak bersenjata yang menetap di hutan tersebut karena ayah mereka pernah diancam oleh anggota unit pembelot, yakni Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia.
Menurut Alicia Mendez, seorang jurnalis El Tiempo, anak-anak juga ketakutan mendengar suara nenek mereka yang menggelegar dari pengeras suara.
"Mereka mendengar pesan itu dan mereka takut. Mereka bersembunyi di semak-semak agar tidak ditemukan," kata Mendez.
"Setiap kali (tim penyelamat) dekat, mereka bersembunyi. Kami tidak tahu apa yang terjadi di kepala kecil mereka."
Selama berada di hutan belantara itu, mereka juga ditemani anjing penyelamat militer bernama Wilson, yang menjadi pemeran kunci dalam penemuan tersebut.
Kakak beradik itu mengatakan kepada para pejabat bahwa mereka telah menghabiskan waktu bersama Wilson namun anjing itu hilang.
Selain menemukan botol bayi, Wilson diduga telah meninggalkan jejak yang mengarahkan tim pencari ke lokasi anak-anak.
(blq/dna)