Netanyahu sendiri akhirnya mengakui bahwa Israel memang sudah di ambang perang saudara. Ia lantas memutuskan untuk menunda pembahasan reformasi sistem peradilan tersebut.
"Saya katakan sekarang, tidak boleh ada perang saudara. Masyarakat Israel berada di jalur persinggungan yang berbahaya. Kita berada di tengah krisis yang membahayakan persatuan dasar di antara kita," ujar Netanyahu, seperti dikutip Times of Israel.
"Saya menyadari ketegangan luar biasa yang terbangun antara kedua belah pihak, antara dua bagian bangsa, dan saya memperhatikan keinginan banyak warga negara untuk menghilangkan ketegangan ini," kata Netanyahu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Walau menunda pembahasan, Netanyahu menegaskan bahwa reformasi itu bakal tetap disahkan. Menurutnya, reformasi tetap mesti dilakukan demi "memulihkan keseimbangan" yang sudah hilang di pemerintah Israel.
Merasa aspirasinya tak didengarkan, kubu penentang reformasi tetap turun ke jalan. Kubu pendukung Netanyahu pun makin getol melawan para demonstran.
The Jerusalem Post melaporkan ketegangan kian tinggi pada akhir pekan lalu. Di ruas-ruas jalan, para demonstran terlihat meneriakkan slogan-slogan pro-demokrasi dari balik barikade besi.
Di seberang mereka, terlihat massa pendukung Netanyahu meneriakkan slogan-slogan penyulut emosi seperti, "Pengkhianat!"
"Kengerian ledakan beracun yang mencuat dari pasukan pro-pemerintah semakin nyata dan dekat. Dari pengamatan pada Sabtu malam, tampaknya hanya tinggal waktu hingga terjadi pertumpahan darah di jalanan," demikian kutipan artikel opini di The Jerusalem Post.
(has)