Setelah didera protes banyak pihak, pemerintah Denmark akhirnya mempertimbangkan untuk secara hukum menghentikan aksi pembakaran berbagai kitab suci, termasuk Al Quran, dalam demonstrasi.
Pemerintah Denmark menyatakan mulai mempertimbangkan opsi ini setelah melihat tren para ekstremis memanfaatkan aturan kebebasan berpendapat dalam demonstrasi untuk membakar Al Quran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kementerian Luar Negeri Denmark menyatakan pemerintah ingin "mengeksplorasi" mencegah situasi "negara lain, budaya, dan agama terhina, di mana situasi ini dapat berdampak negatif bagi Denmark, termasuk terkait keamanan."
"Ini tentunya harus tetap dilaksanakan dalam kerangka kerja konstitusional yang menjamin kebebasan berpendapat dan dengan cara yang tak mengubah fakta bahwa kebebasan berpendapat di Denmark cakupannya luas," demikian pernyataan Kemlu Denmark yang dikutip AFP, Minggu (31/7).
Pengumuman ini muncul setelah serangkaian pembakaran Al Quran di tengah demonstrasi di Denmark memicu kecaman berbagai negara, termasuk Turki.
Sehari sebelum pengumuman ini, Menteri Luar Negeri Turki, Hakan Fidan, bahkan dilaporkan mendesak Denmark mengambil tindakan tegas untuk mencegah pembakaran Al Quran yang belakangan kian sering terjadi.
Seorang sumber di Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan bahwa Fidan mengutarakan desakan itu dalam pembicaraan dengan Menlu Denmark, Lars Lokke Rasmusen, pada Sabtu (29/7).
Dalam perbincangan itu, Fidan menyampaikan kecaman terhadap "serangan jahat terus-menerus terhadap Al Quran" di tengah demonstrasi.
Sebagaimana dilaporkan Reuters, Fidan juga menegaskan Turki tak dapat menerima sikap Denmark yang membiarkan pembakaran Al Qruran di tengah demonstrasi dengan dalih kebebasan berekspresi.
Perbincangan ini terjadi setelah sekelompok aktivis anti-Islam membakar Al Quran di depan kantor kedutaan besar Mesir dan Turki di Kopenhagen pada Selasa lalu.
Aksi serupa juga terjadi dalam sejumlah demonstrasi sebelumnya di beberapa titik di Denmark dan Swedia dalam beberapa pekan terakhir.
Pembakaran Al Quran kembali marak sejak awal tahun ini. Namun, Swedia dan Denmark mengklaim tak bisa mencegah pembakaran Al Quran di tengah demonstrasi karena mereka terikat regulasi terkait kebebasan berpendapat.