Tindakan penistaan agama dengan merobek Alquran juga telah terjadi di negara-negara Eropa lainnya baru-baru ini.
Pada akhir Juli silam, dua orang pria membakar salinan Al Quran di depan parlemen Swedia. Kemudian insiden serupa juga terjadi di Denmark tahun ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Demonstrasi semacam itu telah memicu kemarahan dan juga keresahan di beberapa negara Muslim.
Badan intelijen Swedia dilaporkan telah meningkatkan tingkat kewaspadaan teror menjadi empat dari skala lima sebagai tanggapan atas reaksi kemarahan di dunia Muslim terhadap pembakaran Al Quran.
Sebelumnya, Wagensveld mengklaim merobek kitab suci umat Islam itu adalah cara terbaik bagi dia untuk mengungkapkan pendapat. Aksinya itu kemudian menuai kecaman dan demoinstrasi di sejumlah negara mayoritas muslim.
Politisi sayap kanan Belanda itu pernah merobek Al Quran pada 22 Januari 2023 di depan gedung sementara parlemen Belanda di Den Haag, saat berada di bawah perlindungan polisi.
Kemudian, politisi sayap kanan Belanda ini melakukan tindakan serupa pada 13 Februari di Utrecht. Padahal, kelompok muslim saat itu telah memperingatkan bahwa PEGIDA akan menodai Al Quran dan memicu protes balasan dari komunitas muslim.
Menanggapi insiden pada Januari lalu itu, Kejaksaan Belanda mengatakan pada Jumat (14/4) bahwa tersangka pria tak dikenal akan diinterogasi, karena menggunakan ekspresi rasis saat merobek Al Quran. Namun, media lokal menyebutkan kemungkinan tersangkanya adalah Wagensveld.
(del/bac)