Di sisi lain, Guru Besar Hukum Internasional UI, Hikmahanto Juwana, berpandangan Jokowi sudah cukup sibuk mengurusi persoalan dalam negeri. Kalaupun harus mengikuti forum multilateral, kata dia, Jokowi kemungkinan bakal lebih mementingkan pertemuan yang tak begitu banyak anggota.
Hal itu semata-mata agar ia bisa membangun hubungan bilateral yang lebih "intim".
"Kalau di Majelis Umum [PBB] mungkin kurang intimate alias kurang interaksi dengan kepala pemerintahan atau kepala negara," ucap Hikmahanto.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak terpilih sebagai presiden pada 2014 lalu, Jokowi memang dikenal cukup gencar dalam mendongkrak perekonomian Indonesia. Berbagai peluang investasi dihajar, terutama di bidang infrastruktur.
Bahkan, di bawah tangan Jokowi, Indonesia terbilang aman menghadapi ancaman resesi dunia. Pertumbuhan ekonomi domestik RI masih di atas lima persen.
Seiring dengan itu, ketidakhadiran Jokowi di PBB mayoritas dinilai tak berdampak signifikan bagi citra RI.
Menurut Waffaa, citra Indonesia secara diplomasi dan pengaruh dalam menentukan perilaku negara lain cukup stabil saat ini. Hal ini wajar karena pada dasarnya pengaruh RI "memang belum tinggi."
"Tidak ada ekspektasi yang begitu besar untuk Indonesia memberikan gebrakan atau pernyataan tertentu di PBB General Assembly," ucap Waffaa.
Selain itu, citra Indonesia sebagai "potential economy" pun masih terbilang baik terutama dalam hal sumber investasi dan target market. RI, menurut Waffaa, masih memiliki peran penting di bidang kerja sama ekonomi antarnegara.
Seirama, Aleksius juga menilai absennya Jokowi tak akan menurunkan pamor Indonesia di mata global. Sebab yang paling dibutuhkan saat ini adalah kemampuan pemerintah mengatasi masalah dalam negeri.
"Yang paling penting adalah kemampuan pemerintah menyelesaikan masalah dalam negeri seperti ketahanan pangan, energi, perubahan iklim, lapangan kerja dan sebagainya," ucap Aleksius.
Kendati begitu, ada pula yang berpendapat bahwa ketidakhadiran Jokowi punya dampak yang cukup menyandung citra RI, termasuk citra sang Presiden sendiri.
Radityo berpandangan Indonesia bakal rugi karena tak menonjolkan diri di perhelatan penting dan citra personal Jokowi tak akan mentereng di level global.
"Yang rugi ya Indonesia serta citra personal pak Jokowi di level global," tukas dia.
(blq/bac)