Selain itu, timbulnya kekacauan politik yang mengguncang Israel atas langkah-langkah pemerintah sayap kanan Benjamin Netanyahu untuk merombak sistem peradilan. Rencana kontroversial tersebut telah mengancam kohesi kekuatan militer Negeri Zionis itu.
Namun kurangnya pengetahuan sebelumnya mengenai rencana Hamas kemungkinan besar akan dilihat sebagai penyebab utama rangkaian peristiwa yang menyebabkan serangan paling mematikan terhadap Israel dalam beberapa dekade terakhir.
Israel menarik pasukan dan pemukimnya dari Jalur Gaza pada tahun 2005, sehingga Israel tidak bisa mengendalikan apa yang terjadi di wilayah tersebut. Namun bahkan setelah Hamas menguasai Gaza pada tahun 2007, Israel tampaknya tetap mempertahankan keunggulannya dengan menggunakan teknologi dan kecerdasan manusia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka mengaku mengetahui secara pasti lokasi kepemimpinan Hamas dan tampaknya membuktikannya melalui pembunuhan para pemimpin militan dalam serangan senyap, kadang-kadang ketika mereka sedang tidur di kamar tidur mereka.
Israel mengetahui di mana harus menyerang terowongan bawah tanah yang digunakan oleh Hamas untuk mengangkut para pejuang dan senjata, sehingga menghancurkan beberapa kilometer dari lorong-lorong yang tersembunyi tersebut.
Pejabat intelijen Mesir yang enggan disebut namanya mengungkapkan bahwa para pejabat Israel fokus pada Tepi Barat dan meremehkan ancaman dari Gaza. Pemerintahan Netanyahu terdiri dari para pendukung pemukim Yahudi di Tepi Barat, yang menuntut tindakan keras keamanan dalam menghadapi gelombang kekerasan yang meningkat di sana selama 18 bulan terakhir.
"Kami telah memperingatkan mereka (Israel) bahwa ledakan situasi akan terjadi, dan akan segera terjadi, dan itu akan menjadi besar. Namun mereka meremehkan peringatan tersebut," kata pejabat intelijen tersebut, seperti dikutip dari AP.
Israel juga disibukkan dan terkoyak oleh rencana perombakan peradilan Netanyahu. Netanyahu telah menerima peringatan berulang kali dari kepala pertahanannya, serta beberapa mantan pemimpin badan intelijen negara tersebut, bahwa rencana yang memecah belah tersebut akan merusak kohesi badan keamanan Israel.
Martin Indyk, yang menjabat sebagai utusan khusus untuk perundingan Israel-Palestina pada masa pemerintahan Obama, mengatakan perpecahan internal mengenai perubahan hukum merupakan faktor yang memberatkan yang membuat Israel lengah.
"Hal ini mengguncang IDF (Israel Defense Forces), yang menurut saya merupakan gangguan besar," kata Indyk.
(wiw/bac)