4 Sumber Keuangan Hamas saat Gaza Diblokade Total

CNN Indonesia
Kamis, 26 Okt 2023 10:50 WIB
Penampakan senjata-senjata milisi Hamas yang disita milter Israel. Foto: REUTERS/VIOLETA SANTOS MOURA
Jakarta, CNN Indonesia --

Milisi di Palestina yang menguasai Jalur Gaza, Hamas, menjadi perbincangan dunia usai berperang dengan pasukan Israel sejak 7 Oktober.

Jika dihitung dari hari pertama perang, mereka sudah saling tempur selama 18 hari. Hingga kini mereka terus perang dan belum muncul tanda-tanda gencatan senjata.

Untuk bisa perang dalam jangka waktu lama, sejumlah pengamat menilai kedua pihak perlu banyak biaya.

Lantas, dari mana sumber finansial Hamas di tengah blokade total?

1. Yayasan amal

Para pengamat memperkirakan organisasi ini punya anggaran operasional sebesar ratusan juta dolar.

Pakar politik dari Universitas New York, Victor Asal, mengatakan Hamas punya sayap organisasi yang khusus menggalang dana.

"Hamas punya dua sayap [organisasi]. Mereka punya sayap layanan sosial dan militer, dan sayap sosial yang aktif dalam menggalang dana," kata Asal kepada Business Insider, Rabu (23/10).

Dana itu, lanjut dia, kemudian akan disalurkan ke militer.

Badan amal yang berafiliasi dengan Hamas memang menjadi pendorong cuan ke sayap militer kelompok itu. Namun, sebagian dana juga disalurkan ke warga Gaza yang membutuhkan.

Pada 2003, Amerika Serikat menetapkan lima badan amal yang berbasis di Inggris, Swiss, Austria, dan Lebanon, sebagai organisasi teroris.

Merespons sikap komunitas internasional, Hamas mencari cara untuk tak menjadikan badan amal sebagai satu-satunya sumber finansial.

2. Pajak hingga perampokan

Asal juga membeberkan Hamas mendapat pendanaan dari perpajakan, pemerasan, penyelundupan, penculikan, hingga perampokan.

Mantan analisis intelijen kontraterorisme dari Biro Invstigasi Federal AS Matthew Levitt mengatakan Hamas mengawasi "apa saja yang melintasi perbatasan" Jalur Gaza dan menguasai ekonomi di kawasan itu.

"Jika ada penyelundupan ke terowongan, Hamas mengenakan pajak atas terowongan tersebut," kata Levitt.

Levitt juga mengatakan bisnis apa saja termasuk bantuan kemanusiaan yang masuk dari wilayah Israel bisa dikenai pajak dan pemerasan.

"Jadi pemasukan terbesar Hamas saat ini bukan lah Iran; [tetapi] dari penguasaan wilayah, dan kemampuan mereka menghasilkan uang dari sana. Mungkin sekitar US$300 juta-US$400 juta [Rp4,7 triliun hingga Rp6,3 triliun atau US$450 juta [Rp7,1 triliun]," kata dia.

3. Pencucian uang dan kripto

Levitt juga mengungkapkan untuk memindahkan cuan, Hamas bergantung dengan transaksi mata uang kripto dan pencucian uang berbasis perdagangan. Ini untuk membuat uang mereka tak mudah dilacak.

Jika pihak tertentu mengirim bantuan ke Jalur Gaza via Hamas, karena mereka adalah entitas yang memerintah, maka mereka bisa menggunakan untuk tujuan lain.

"Mereka bisa menggunakannya untuk memberi konstituen dan membangun dukungan akar rumput, atau mereka bisa melakukan hal yang sama, menjualnya dan menggunakan uang itu sesuai keinginan mereka," ujar Levitt.

4. Kucuran dana dari Iran

Dua tahun lalu, Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat (AS) sempat melaporkan Hamas menerima pelatihan, pendanaan, dan senjata dari Iran.

Berdasarkan laporan tersebut, 70 persen total dana yang diterima Hamas diterima dari Iran, dikutip NDTV.

Levitt mengatakan dukungan internasional terutama dari Iran menjadi hal yang konstan dalam pendanaan Hamas.

Iran, kata dia, berkontribusi US$70 juta (sekitar Rp1,1 triliun) hingga US$100 juta (sekitar Rp1,5 triliun) per tahun ke Hamas.

"Dengan Iran ini memungkinkan mereka memperluas jangkauan melampaui batas negara mereka untuk melemahkan musuh. Ini memungkinkan mereka untuk terus berperang sampai ke negara Arab terakhir," ungkap Levitt.



(isa/dna)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK