Koalisi Anwar, yang terdiri dari Pakatan Harapan dan Barisan Nasional, memang mampu menahan oposisi dari Perikatan Nasional dan PAS. Namun, geng Anwar kehilangan suara di daerah pemilihan yang mayoritas penduduknya Melayu.
Koalisi Pakatan Harapan dan BN ini hanya berhasil meraup suara di Negeri Sembilan, Penang, dan Selangor.
Direktur Konsultan Politik Bower Group Asia, Adib Zalkapli, mengatakan hasil itu merupakan kemunduran bagi koalisi Anwar, tetapi juga menjadi tanda proses pendewasaan demokrasi di Malaysia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemampuan oposisi untuk menampilkan dirinya sebagai partai politik baru menarik banyak pemilih muda.
"Juga jangan mengabaikan fakta bahwa mereka memiliki daya tarik Islami, terutama di kalangan pemilih muda Muslim, yang menjadi lebih religius," kata Zalkapli, dikutip CNBC pada Agustus lalu.
Kembali soal dukungan Malaysia ke Palestina membuat Anwar mendapat ancaman dari parlemen Eropa. Namun, dia tak menyebut siapa dan dari negara mana yang telah memberikan ancaman itu.
Anwar juga mengatakan dirinya tak takut dengan ancaman tersebut. Barat, dalam perang Israel dan Hamas, mendukung penuh ke pemerintah Benjamin Netanyahu.
Sikap Anwar yang begitu tegas bisa saja membuat Malaysia berjarak dengan Barat apalagi setelah ada ancaman.
Menyoal isu itu, Suyatno menilai Anwar sudah memperhitungkan sikap Barat karena ketegasan dia. Pengamat tersebut juga tak menampik Malaysia mulai merapat ke China.
"Jaga jarak [dengan Barat] memang dilakukan Malaysia karena kepentingan untuk mendapat dukungan ekonomi China adalah pilihan realistis," ujar Suyatno.
Pengamat dari Universitas Indonesia Yon Machmudi mengatakan ada perbedaan antara sikap PM Malaysia itu dengan pemerintah Indonesia.
"Dari dulu sikap Malaysia memang keras dan bahkan tidak takut akan tekanan Amerika Serikat," kata Yon.
Dia kemudian berujar, "Indonesia walaupun secara politik memberikan dukungan kepada Palestina tetapi masih menimbang kemungkinan munculnya tekanan dari AS."
Yon juga mengungkapkan Malaysia menjalin hubungan secara resmi dengan Hamas dan memberikan kesempatan perwakilan Hamas membuka kantor cabang di Negeri Jiran.
"Berbeda dengan pemerintah Indonesia yang hanya membatasi hubungan formal dengan otoritas Palestina yang dikuasai kelompok Fatah," kata Yon.
Pada 16 Oktober, Anwar bahkan bahkan blak-blakan telah berbicara dengan Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh via telepon.
Dalam pembicaraan itu, dia mengekspresikan dukungan Malaysia dan menyerukan gencatan senjata.
Di awal perang Anwar juga dengan tegas mengecam serangan Israel ke Palestina. Dia sering menyampaikan dukungan untuk Palestina dalam forum-forum hingga unggahan di media sosial.
"Indonesia walaupun secara politik memberikan dukungan kepada Palestina tetapi masih menimbang kemungkinan munculnya tekanan dari AS," kata Yon.
(isa/bac)