Penembakan Moskow, AS Sudah Wanti-wanti Serangan Teroris Sejak 7 Maret

CNN Indonesia
Senin, 25 Mar 2024 09:43 WIB
Kedubes AS di Moskow sudah mengeluarkan peringatan keamanan terkait ancaman teror di Moskow sejak 7 Maret, sebelum penembakan di hall konser Crocus City terjadi. (REUTERS/Maxim Shemetov)
Jakarta, CNN Indonesia --

Amerika Serikat sudah menerima informasi terkait ancaman serangan teroris di Moskow, Rusia, sejak awal Maret lalu, jauh sebelum penembakan massal di tempat konser Crocus City terjadi pada Jumat (22/3).

Kedutaan Besar AS di Moskow telah mengeluarkan peringatan keamanan pada 7 Maret lalu.

Melalui security alert itu, Kedubes AS menuturkan telah menerima sejumlah laporan bahwa kelompok ekstremis tengah merencanakan serangan yang menargetkan kerumunan di Moskow, termasuk gelaran konser.

Peringatan keamanan itu pun mewanti-wanti warga Amerika di Rusia untuk menghindari kerumunan serta tempat ramai untuk sementara waktu. Kedubes AS juga memperingatkan bahwa serangan ini mungkin terjadi dalam waktu 48 jam ke depan.

"Kedutaan Besar memantau laporan bahwa para ekstremis mempunyai rencana untuk menargetkan pertemuan besar di Moskow, termasuk konser, dan warga AS harus disarankan untuk menghindari pertemuan besar selama 48 jam ke depan," bunyi peringatan keamanan Kedubes AS di Moskow.

Meski begitu, Kedubes AS tak menjelaskan detail tempat dan kapan ancaman serangan teroris itu bakal terjadi.

Menurut sejumlah pejabat yang mengetahui masalah ini, peringatan keamanan itu memang terkait serangan di konser hall Crocus City Jumat pekan lalu.

Meski begitu, sejumlah pejabat AS yang mengetahui masalah ini mengatakan kepada New York Times bahwa serangan ekstremis ini tidak berhubungan dengan sabotase Ukraina seperti yang dituduhkan Rusia usai teror terjadi.

Menurut pejabat AS tersebut, Washington tidak akan menggunakan kata "ekstremis" dalam peringatan tersebut jika itu berhubungan dengan Ukraina.

Namun saat peringatan Kedubes AS itu keluar, Rusia tak menghiraukannya.

Pejabat Kremlin dan warga menilai peringatan keamanan Kedubes AS itu hanya upaya untuk menakut-nakuti orang Rusia.

Pada 19 Maret, tiga hari sebelum serangan terjadi, Presiden Vladimir Putin bahkan menyebut peringatan Kedubes AS itu sebagai bentuk "pemerasan yang nyata" yang dibuat dengan "tujuan mengintimidasi dan mengacaukan masyarakat" Rusia.

Sementara itu, Komite Investigasi Rusia mengungkapkan sejauh ini jumlah korban tewas penembakan massal yang terjadi di dekat Moskow bertambah menjadi 137 orang. Dari jumlah tersebut, tiga di antaranya merupakan anak-anak.

Komite tersebut juga mengatakan telah menemukan senjata dan amunisi ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP) dan mobil yang dipakai oleh para pelaku untuk melarikan diri dari gedung konser Crocus City Hall.

Aksi serangan dan penembakan massal dilakukan oleh sejumlah orang yang mengenakan seragam di Crocus City Hall menjelang dimulainya sebuah konser rock, pada Jumat (22/3).

Serangan tersebut kemudian diklaim oleh Islamic State Khorasan Province alias ISIS-K, cabang ISIS di Afghanistan.

Otoritas Rusia juga telah menangkap dan mendakwa empat tersangka diduga pelaku penembakan massal ini. Keempat tersangka itu didakwa atas serangan terorisme dalam persidangan Minggu (24/3).

Keempat tersangka resmi teridentifikasi sebagai warga negara Tajikistan dan akan ditahan selama dua bulan untuk menjalani persidangan, menurut kantor berita Rusia, TASS.

Keempat tersangka bernama Saidakrami Murodali Rachabalizoda, Dalerdzhon Barotovich Mirzoyev, Shamsidin Fariduni, dan Muhammadsobir Fayzov.

(rds)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK