Mashal lahir di Silwad, dekat Ramallah, Tepi Barat. Dia lalu pindah ke Kuwait saat masih kecil.
Di usia 15 tahun, dia bergabung dengan kelompok Islam tertua di Timur Tengah, Ikhwanul Muslimin.
Kelompok Islam itu berperan penting dalam pembentukan Hamas pada akhir 1980-an.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Usai Hamas terbentuk, Mashal menjadi pelobi kelompok ini dari luar negeri selama bertahun-tahun.
Salah satu tugasnya adalah mengumpulkan dana internasional, termasuk di Yordania saat dia nyaris tewas.
Netanyahu memainkan peran penting yang tak disengaja dalam membangun kredibilitas Mashal saat dia meminta agen menyuntik racun.
Sebagai calon yang digadang-gadang menjadi pemimpin, pendekatan Mashal terhadap Israel juga jadi pembicaraan.
Akankah Mashal menerapkan pendekatan yang lebih pragmatis seperti menyerukan penghancuran Israel atau terus berjuang melalui jalur diplomasi dan negosiasi, seperti Haniyeh.
Mashal sempat menolak gagasan kesepakatan damai permanen. Namun, dia menyebut Hamas bisa menerima negara Palestina di Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur sebagai solusi sementara dengan imbalan gencatan senjata jangka panjang.
Lalu terkait agresi Israel di Gaza sejak Oktober 2023, Mashal mendesak negara Arab dan Muslim untuk bergabung dalam pertempuran melawan Israel.
Dia juga mengatakan hanya Palestina yang akan memerintah Gaza usai agresi berakhir.
Mashal menyebut serangan dadakan Hamas ke Israel sebelum Netanyahu melancarkan agresi untuk mengembalikan Palestina ke pusat agenda dunia.
(isa/rds)