Jakarta, CNN Indonesia --
Donald Trump menjadi sorotan setelah menang dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (Pilpres AS) versi hitung cepat media.
Dalam perhitungan New York Times, Trump meraih 50,9 persen atau 72 juta suara popular vote dan mengantongi 295 suara elektoral mengalahkan Kamala Harris.
Harris hanya mendapat 226 suara elektoral, dan 47 persen atau 67 juta popular vote.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di tengah kemenangan ini, Trump sebetulnya sedang menghadapi sederet kasus pidana dan berstatus terdakwa.
Banyak pihak mempertanyakan status dan situasi yang menjerat Trump.
Mengapa terdakwa bisa mencalonkan diri sebagai presiden bahkan memenangkan pemilu?
Jawaban sederhana Trump bisa mencalonkan diri sebagai presiden meski berstatus terdakwa karena berkaitan dengan aturan di AS.
Trump didakwa atas dugaan upaya membatalkan hasil pemilihan di Georgia pada Pemilu 2020, kasus uang tutup mulut ke bintang porno, hingga menyembunyikan dokumen rahasia negara.
Pada April lalu, jaksa penuntut umum mendakwa Trump terlibat dalam konspirasi berlapis berupa penipuan, kebohongan, dan upaya menutup-nutupi kasus.
Profesor hukum Universitas California, Richard L Hasen, mengatakan aturan pencalonan presiden AS tak melarang siapa pun yang didakwa atau dihukum bahkan menjalani hukuman penjara untuk mencalonkan diri sebagai presiden.
"Konstitusi punya sedikit syarat untuk menjabat sebagai presiden seperti berusia 35 tahun," kata Hasen ke CNN pada Agustus 2023 lalu.
Dalam konstitusi AS, hanya ada tiga syarat bagi warga yang ingin mencalonkan diri sebagai presiden. Pertama berusia minimal 35 tahun.
Kedua, tinggal di Amerika Serikat setidaknya 14 tahun. Lalu, ketiga lahir dari dan setidaknya punya salah satu orang tua berkewarganegaraan Amerika Serikat.
Trump saat mencalonkan diri berusia 78 tahun dan tinggal di AS sejak lahir. Persyaratan pertama dan kedua telah terpenuhi.
Ayah Trump, Frederick Christ Trump, merupakan warga yang lahir dan tumbuh di Amerika Serikat. Ini membuat syarat ketiga juga terpenuhi.
Sementara itu, ibu Trump merupakan imigran asal Skotlandia Mary Anne MacLeod.
Lanjut ke sebelah...
Kenapa Trump bisa menang?
Dalam persidangan dan berbagai kesempatan, Trump membantah semua yang dituduhkan kepadanya.
Politikus Partai Republik itu berulang kali mengatakan dakwaan tersebut bermuatan politis untuk mencegah dia maju di Pilpres.
Persidangan tersebut juga membuat Trump terus dibicarakan publik sehingga nama dia tak tenggelam dan terus menempel di ingatan warga.
Popularitas dia kian memuncak usai selamat dari upaya pembunuhan saat kampanye di Pennsylvania pada Juli lalu. Di insiden itu, dia tertembak di bagian telinga kanan.
Dia bahkan sempat mengepal tangan tak lama usai tertembak.
Foto Trump mengepal pun beredar luas di media sosial. Dia dan Republik memanfaatkan momen itu untuk menguatkan narasi kampanye.
Di luar itu, tim Trump juga punya metode dan cakupan yang luas saat kampanye.
Trump bahkan menyingkirkan orang-orang yang ragu dengannya dan mengganti mereka dengan para loyalis yang bisa membawa kemenangan dalam pemilu.
"Kami perlu menyatukan seluruh perangkat di bawah satu komando," kata sumber dari Partai Republik, dikutip CNN.
Trump juga menyasar kelompok-kelompok yang secara tradisional merupakan loyalis Demokrat. Mereka yakni kelompok serikat pekerja, orang-orang kulit hitam dan latin, dan pekerja sektor informal.
Di saat yang sama, sekutu-sekutu Trump bergerilya memanfaatkan keretakan Demokrat dengan basis pendukung mereka.
Tim Trump juga kampanye di basis wilayah Demokrat dan meyakinkan warga di swing state dengan program yang menjanjikan.
Misalnya, dia menawarkan insentif finansial ke kelompok utama seperti tak ada pajak untuk upah bagi pekerja jasa di Nevada, tak ada pajak untuk upah lembur bagi kerah biru, tak ada pajak atas jaminan sosial bagi para lansia.
Dia juga meyakinkan orang-orang AS bahwa arus migran di perbatasan selatan mengancam pekerjaan, keselamatan, dan cara hidup mereka.
Trump juga bersedia wawancara dengan media yang sedang berkembang berisi influencer dan memaksimalkan media sosial seperti TikTok.
Cara-cara tersebut diyakini mampu menjangkau semua golongan dari kelas investor hingga orang yang tinggal di kawasan industri dan menjangkau kalangan muda.
[Gambas:Photo CNN]