ANALISIS

Di Balik Rencana Trump Tunjuk Elon Musk-Host Fox News Masuk Kabinet

tim | CNN Indonesia
Jumat, 15 Nov 2024 07:25 WIB
Trump menunjuk sejumlah nama masuk kabinet pemerintah baru AS, termasuk taipan Elon Musk hingga presenter Pete Hegseth.
Marco Rubio ditunjuk jadi Menlu AS di bawah kepemimpinan Trump. Foto: AFP/ANDREW CABALLERO-REYNOLDS

Di periode pertama memimpin AS, Trump memaksa negara harus menerapkan visinya. Dia kerap frustasi dengan pejabat tinggi yang lamban, mengesampingkan, atau membujuk dia agar menggagalkan rencananya.

Menteri Pertahanan Mark Esper era Trump bahkan pernah keberatan atas usulan Trump soal serangan rudal ke kartel narkoba di Meksiko. Negara ini merupakan mitra dagang terbesar AS.

Sementara itu di periode kedua, Trump ingin mengerahkan pasukan khusus AS melawan kartel Meksiko.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terkait masalah perbatasan, Trump bahkan menunjuk Tom Homan sebagai pemimpin perbatasan atau disebut (border czar).

Nama lain yang tak luput jadi sorotan adalah Tulsi Gabbard. Ia ditunjuk menjadi direktur intelijen nasional dan harus mengawasi 18 badan mata-mata.

Gabbard padahal hanya punya sedikit pengalaman langsung soal pekerjaan intelijen.

Dia juga menunjuk Musk untuk mengurus departemen efisiensi pemerintah dan memilih Marco Rubio menjadi Menteri Luar Negeri.

Sejumlah pengamat menilai Trump akan fokus masalah dalam negeri dan ekonomi. Permasalahan anggaran sempat menjadi perdebatan alot di kongres saat presiden AS Joe Biden meminta anggaran bantuan untuk Ukraina dan Rusia.

Musk dianggap bisa merancang atau memangkas anggaran pemerintah menjadi seefektif mungkin.

Sementara itu, Rubio merupakan sosok yang keras terhadap China, anti komunis Kuba, dan pendukung setia Israel.

Di periode kedua, Trump disebut akan memangkas bantuan pertahanan ke Eropa secepat mungkin, dan memperlemah hubungan ekonomi AS-China.

Trump makin berkuasa

Di dunia politik memasukkan para loyalis ke kabinet dianggap sebagai balas budi.

Dalam laporan Reuters pada Desember 2023, Trump memang sudah berencana menempatkan para loyalisnya untuk menduduki posisi strategis.

"Pemilihan ini akan memberi lebih banyak kebebasan dibanding masa jabatan presiden di periode pertama," demikian laporan Reuters.

Wakil Asisten Menteri Pertahanan untuk Timur Tengah di periode pertama Trump, Michael Mulroy, juga pernah mengatakan dia akan menunjuk orang-orang yang memiliki pandangan serupa soal kebijakan luar negeri.

"Itu akan berdasarkan kesetiaan ke Trump, keyakinan kuat terhadap jenis kebijakan luar negeri, yang fokus ke Amerika Serikat dan tak terlalu mengurusi semacam kebijakan globalis," ujar Mulroy pada 2023.

Dia juga menekankan orang-orang yang dipilih Trump kemungkinan tak akan menentang dia.

Senada, penasihat keamanan era Trump Robert O'Brien mengatakan politikus Republik itu menyadari pembantu atau staf dia adalah kebijakan.

"Di awal pemerintahan, ada banyak orang yang tertarik menerapkan kebijakan mereka sendiri, bukan kebijakan presiden," kata O'Brien.

Para ajudan dan mantan ajudan Trump meyakini bahwa memiliki banyak loyalis di pemerintahan bisa memajukan kebijakan prioritas luar negeri dengan cepat dan efisien.



(isa/dna)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER