Kotak Hitam Jeju Air Mati Sebelum Jatuh, Pakar Endus Kejanggalan

CNN Indonesia
Minggu, 12 Jan 2025 12:10 WIB
Sejumlah pakar mengendus kejanggalan ketika mengetahui kotak hitam pesawat Jeju Air berhenti merekam 4 menit sebelum pesawat kecelakaan di Bandara Muan, Korsel.
Sejumlah pakar mengendus kejanggalan ketika mengetahui kotak hitam pesawat Jeju Air berhenti merekam 4 menit sebelum pesawat kecelakaan di Bandara Muan, Korsel. (Foto: REUTERS/Kim Hong-Ji)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sejumlah pakar mengendus ada kejanggalan ketika mengetahui data penerbangan dan perekam suara kokpit pesawat Jeju Air berhenti merekam empat menit sebelum pesawat kecelakaan di Bandara Muan, Korea Selatan, pada 29 Desember lalu.

Pihak berwenang Korsel memang telah menemukan kotak hitam (black box) berisikan data penerbangan dan perekam suara kokpit Jeju Air 2216 tak lama usai kecelakaan terjadi.

Kotak hitam itu pun langsung dianalisis oleh pihak berwenang Korsel. Namun, baru-baru ini diketahui ada data yang hilang, kotak hitam tersebut dikirim ke laboratorium Dewan Keselamatan Transportasi Nasional Amerika Serikat (NTSB) untuk analisis lebih lanjut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seorang mantan penyelidik kecelakaan di Kementerian Transportasi Korsel,Sim Jai Dong, mengatakan hilangnya data penerbangan pada menit-menit terakhir yang krusial adalah hal yang mengejutkan.

Dikutip Reuters, Sim mengatakan kerusakan black box yang tidak bisa berfungsi mungkin saja terjadi pada suatu penerbangan, terutama ketika semua sumber daya listrik, termasuk cadangan di pesawat putus. Namun, menurutnya, ini kejadian yang sangat langka.

Beberapa analis penerbangan lain juga mengutarakan penilaian serupa. Kotak hitam pesawat dapat rusak akibat benturan atau kebakaran.

Namun, kerusakan pada kotak hitam pada insiden Jeju Air ini tidak sepenuhnya menjelaskan mengapa hanya rekaman empat menit terakhir sebelum kecelakaan yang hilang.

"Jika sistem listrik pesawat mengalami kegagalan, kotak hitam dapat kehilangan daya dan berhenti merekam," tulis editor Airways Mag, Helwig Villamizer.

Jeju Air Penerbangan 2216, yang berangkat dari ibu kota Thailand, Bangkok, menuju Muan Korsel mendarat darurat dengan perut pesawatnya tanpa roda yang keluar pada 29 Desember pagi.

Kecelakaan ini menewaskan 179 orang yang terdiri dari seluruh penumpang, pilot, dan beberapa awak kabin. Dua orang yang selamat yakni dua pramugari yang saat kecelakaan duduk di bagian ekor pesawat.

Pesawat Boeing 737-800 itu masih melaju kencang ketika tubuh pesawat sudah mendarat dan bergesekan dengan landasan pacu hingga menabrak dinding beton pembatas landasan dan meledak.

Pilot sempat melaporkan kepada menara pengendali lalu lintas udara bahwa pesawat mengalami tabrakan burung (bird strike) dan menyatakan keadaan darurat sekitar empat menit sebelum pesawat kecelakaan. 

Dua menit sebelum panggilan darurat, pengendali lalu lintas udara juga telah memberikan peringatan tentang "aktivitas burung" di sekitar area.

Saat menyatakan keadaan darurat, pilot membatalkan upaya pendaratan dan memutuskan untuk melakukan go-around.

Namun, alih-alih melakukan manuver go-around sepenuhnya, pesawat milik maskapai berbiaya rendah tersebut berbelok tajam dan mendekati landasan pacu tunggal bandara dari arah yang berlawanan, lalu jatuh tanpa roda pendaratan yang terbuka.

Kementerian Transportasi Korsel pun menyatakan bahwa data penerbangan lain yang tersedia akan digunakan dalam penyelidikan kecelakaan Jeju Air ini. Pemerintah Korsel berjanji memastikan transparansi penyelidikan serta berbagi informasi dengan keluarga korban.

Namun, beberapa anggota keluarga korban menyatakan bahwa kementerian seharusnya tidak memimpin penyelidikan. Mereka mengusulkan agar melibatkan pakar independen, termasuk yang direkomendasikan oleh keluarga korban.

(rds)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER