Jenazah pendaki Brasil Juliana Marins yang tewas di Gunung Rinjani Nusa Tenggara Barat pada pekan lalu akan diautopsi ulang di negara asal sesuai permintaan keluarga.
Otoritas Brasil lalu sepakat untuk mengautopsi ulang jenazah Marins usai tiba di negara Amerika Selatan itu. Jenazah perempuan ini tiba di negara asalnya pada 1 Juli.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dengan bantuan GGIM (Kantor Manajemen Terpadu Kota) Balai Kota Niterói, kami menghubungi DPU-RJ (Kantor Pembela Umum Federal), untuk segera mengajukan permintaan ke Pengadilan Federal demi otopsi ulang kasus saudara perempuan saya, Juliana Marins," kata saudara perempuan Marins dalam akun Instagram pada Senin (30/6), dikutip Folha de S Paulo.
"Kami percaya ke peradilan federal Brasil dan berharap keputusan positif dalam beberapa jam mendatang," imbuh dia.
Di kesempatan terpisah, keluarga Marins mengatakan tim penyelamat Indonesia lalai dalam menyelamatkan Marins. Mereka menegaskan akan mencari keadilan.
"Juliana menerima kelalaian serius dari tim penyelamat. Jika mereka tiba tepat waktu, Juliana mungkin bisa selamat," demikian menurut keluarga.
"Juliana layak menerima lebih! Sekarang kita akan berjuang untuk keadilan dia. Jangan lupakan Juliana," imbuh mereka.
Marins tewas usai terjatuh saat mendaki bersama lima pendaki lain pada 21 Juni sekitar pukul 06.30 WITA. Tim SAR gabungan baru menemukan korban pada 23 Juni pada pukul 07.05 WITA, atau sekitar dua hari setelah insiden.
Lalu pada 24 Juni, tim berhasil menjangkau korban yang berada di kedalaman 600 meter. Namun, jenazah Marins baru berhasil dievakuasi pada 25 Juni dengan cara diangkat dari kedalaman 600 meter.
Dokter Spesialis Forensik Rumah Sakit Bali Mandara Ida Bagus Putu Alit mengatakan hasil autopsi menunjukkan Marins meninggal dunia 20 menit setelah jatuh.
Atit menyatakan Marins meninggal dunia karena mengalami benturan keras bukan karena hipotermia. Ia juga menyebut perempuan itu mengalami luka paling parah di dada akibat benda tumpul.
(bac)